Page 19 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 19

Ringkasan Eksekutif                               Ringkasan Eksekutif



                  Ketiga  adalah  blundernya  rezim  penghukuman,  baik  pemasyarakatan  maupun
 Sebagaimana doktrin Pertahanan Aktif, strategi ini pertama-tama berlaku ke dalam,

 namun itu dilakukannya untuk meningkatkan kapasitas ke luar. Sebelum ke rekomendasi,   rehabilitasi. Belum banyak (jika bukan tidak ada) data dan penelitian dalam negeri soal
 berikut analisis lingkungan strategis yang menjadi tantangan bagi strategi ini.   residivisime dari kedua program, yang artinya belum ada kajian yang mengonfirmasi capaian
            (outcome)  keberhasilan dari kedua program. Sebaliknya, di permukaan, kita mendapati

            fenomena  overkapasitas  penjara  dan  pengendalian  narkotika  dari  penjara;  dan  di  sisi
 Lingkungan Strategis (Eksternal dan Internal)  rehabilitasi, studi lapangan menerima banyak testimoni soal tingkat  relapse yang tinggi.

            Ketimbang melihat secara parsial sebagai soal sistem pemasyarakatan dan teknik rehabilitasi,

 Ada tiga perkembangan yang penting terkait lingkungan strategis eksternal. Pertama,   terlebih krusial untuk mengevaluasi kembali secara ilmiah dan empirik soal efektivitas rezim
 dugaan sindikat kejahatan transnasional di balik bisnis adiksi ilegal yang bersumber dari   penghukuman secara umum terhadap penanggulangan masalah narkotika.
 Myanmar akhirnya terbukti dengan laporan terkini soal kartel Sam Gor, yang dipimpin oleh   Keempat adalah persoalan anak muda, khususnya remaja, yang belum mendapat

 seorang buron Tse Chi Lop yang mampu menyatukan 19 sindikat di Tiongkok, Hongkong,   perhatian  serius  dalam  tindakan-tindakan  intervensi  (dari  sosialisasi  sampai  rehabilitasi)
 Macau,  Taiwan,  Malaysia,  dan  Myanmar.  Sindikat  ini  diestimasi  meraup  keuntungan   karena bias-bias yang disebabkan oleh gap generasi. Terdapat penyepelean yang berujung
 sampai US$ 17 miliar, yakni sepertiga dari volume pasar metamfetamin di Asia Timur,   pada stereotipisasi terhadap pola pikir dan pola bergaul anak muda remaja di kalangan

 Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Australia. Kedua, sumber prekursor narkotika sintesis   perumus program. Hal ini khususnya menyangkut mekanisme pertahanan mental (coping)
 (baik shabu maupun opiat/fentanil) adalah dari Tiongkok. Ada dilema dari pemerintah   anak  muda  terhadap  tekanan-tekanan  sosial  yang  dihadapinya,  baik  secara  ekonomi

 Tiongkok untuk tegas mengatur dan mendisiplinkan produksi dan distribusi prekursor ini   maupun secara sosiokultural; dan juga soal pola pergaulan dan interaksi kelompok di antara
 dari dalam negeri. Alasannya, pertama, karena itu akan mengganggu perekonomiannya   mereka. Namun demikian, masih sedikit upaya (jika bukan tidak ada) untuk mengkaji secara
 sebagai industri farmasi terbesar kedua di dunia, dan kedua, karena itu akan mengganggu   empirik dan ilmiah soal capaian keberhasilan dalam menjangkau anak muda. Sebaliknya,

 proyek jalur sutranya (Belt and Road Initiative), khususnya di koridor Myanmar. Dilaporkan   yang muncul di permukaan adalah tingginya angka depresi di kalangan anak-muda remaja,
 juga bahkan bahwa Tiongkok berkompromi dengan kelompok separatis Wa di perbatasan   dan juga tingginya angka prevalensi narkotika yang coba-coba karena teman.

 koridor  Myanmar.  Lalu  ketiga  adalah  soal  arsitektur  regional  di  ASEAN  yang  memiliki   Kelima masih minimnya kapasitas dunia akademik Indonesia untuk mengawal kebijakan-
 fungsi ambigu. Memanfaatkan ASEAN tidak bisa secara multilateral; hanya jalur bilateral   kebijakan. Insularitas dan keterasingan dari perkembangan akademik terkini terjadi secara
 saja yang dapat memanfaatkan peran ASEAN  dalam upaya penanggulangan  masalah   akut di penelitian soal narkotika oleh penulis Indonesia. Ini terlihat dari amat rendahnya

 narkotika di kawasan.
            jumlah artikel (di bawah 10 persen) yang mampu memenuhi standar kepatutan minimum
 Ke dalam, setidaknya ada empat situasi yang secara strategis berkontribusi pada   soal referensi, bahkan jauh lebih rendah (0,97%) lagi untuk standar kepatutan referensi jurnal

 permasalahan narkotika yang perlu diperhatikan  secara  serius. Pertama  adalah soal   ilmiah. Dari luar negeri, penelitian soal narkotika di Indonesia juga tergolong minim. Dunia
 sindikat Sam Gor yang jejaknya sudah banyak ditemukan di Indonesia. Kehadiran ini juga   akademik Indonesia secara umum punya PR untuk memperbaiki dirinya jika ingin sukses
 harus meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi krisis opium sintesis, fentanil,   mendukung kebijakan-kebijakan narkotika yang berbasiskan riset.

 yang juga ditengarai sebagai komoditas bisnis Sam Gor. Kemudian yang kedua adalah soal
 kemiskinan di perbatasan yang kerap diduga menjadi katalis suplai lintas batas negara.

 Sekalipun  pandangan  ini banyak didengar selama studi lapangan, namun demikian   Kondisi Kelembagaan (Internal dan Eksternal
 pendalaman  dengan  data-data  statistik  menunjukkan  bahwa  tidak  terdapat  hubungan   BNN)
 signifikan antara kemiskinan dengan peredaran. Sekalipun tampak ada hubungannya di

 lapangan, banyak analisis yang menunjukkan bahwa kemiskinan tidaklah berdiri sendiri   Di Internal BNN, persoalan pertama yang ditemukan adalah belum adanya skema
 dalam memfasilitasi peredaran. Hal ini penting untuk menghalau bias dan stereotipisasi   pengukuran capaian hasil yang secara kelembagaan dipakai untuk mengukur keberhasilan/

 orang miskin di perbatasan sebagai otomatis menjadi kurir karena tergiur bayaran besar.   kegagalan  upaya  penanggulangan  narkotika.  Indeks-indeks  yang  ada  masih  mengukur



 4  Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   5
                                                           Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
 Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24