Page 21 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 21
Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif
kinerja internal BNN sendiri sebagai lembaga. Selain ini, indeks-indeks yang dirilis BNN menentukan strategi intervensi yang tepat. Demikian halnya di bidang rehabilitasi. Di sisi
juga hanya mengukur di sisi masyarakatnya saja (prevalensi, ketahanan, dst.). Diperlukan BNN, secara umum, performa penelitian BNN masih lebih baik ketimbang yang dihasilkan
indeks tersendiri yang mampu mengukur dan mengonfirmasi pengaruh dan kontribusi akademisi di Indonesia secara umum. Demikian pula secara volume yang dalam beberapa
BNN secara capaian hasil (outcome), dan bukan luaran kinerja birokratis (output), terhadap tahun belakangan meningkat secara kuantitas dan juga kualitas. Namun demikian, BNN
indikator tertanggulanginya permasalahan narkotika yang objektif. punya pekerjaan rumah di soal spesialisasi para penelitinya, dan juga proses-proses
Problem kedua adalah soal modal manusia (human capital). Untuk ini, sebenarnya birokrasi yang cenderung kontraproduktif bagi tidak hanya efisiensi, melainkan juga bagi
tidak hanya di BNN, tetapi juga di lembaga-lembaga stakeholder P4GN yang lain. Dari studi kondisi yang memungkinkan lahirnya kajian yang inovatif dan berkebaruan.
lapangan ditemukan banyak keluhan akan pasokan sumber daya manusia yang berkualitas Di luar BNN, secara kelembagaan didapati bahwa mindset dan komitmen untuk
dan memiliki kualifikasi/otorisasi, terutama di bidang penanganan adiksi. Ini dikeluhkan menyukseskan P4GN masih minim. Penelitian ini melihat defisit mindset P4GN di tiga
tidak hanya dari BNNK, melainkan juga dari lapas, dinas sosial, dan juga lembaga rehab ranah. Pertama, di ranah penegakan hukum itu sendiri. Masih terdapat ketidaksinkronan,
swasta. Khusus untuk yang terakhir, pendekatan lebih banyak menggunakan pendekatan bahkan di kalangan internal mereka sendiri masing-masing, soal semangat “dekriminalisasi
kekeluargaan, pertemanan, dan motivasional dengan memanfaatkan mantan pengguna terbatas” dari UU Narkotika. Terlihat dari relatif maraknya pendekatan yang pidana-
yang sudah bertobat, ketimbang pendekatan yang profesional dan berbasis riset. Keluhan sentris dalam proses penegakan hukum dan juga asesmen (di TAT), ketimbang yang
lainnya adalah kekurangan modal manusia di bidang komunikasi/PR, tata-kelola proyek, rehabilitasi-sentris. Mindset pencegahan masih belum menjadi arus-utama dalam
pengembangan program, dan juga soal pengetahuan teknis (medis dan kimiawi) soal paradigma penegakan hukum di kalangan aparatur. Bahkan, penelitian ini menilai bahwa
narkotika jenis baru (NPS). Lainnya, terkait strategi internasional. Terlepas dari optimisme BNN sendiri secara serba salah terjebak dalam pusaran kontestasi dan ego sektoral di
dan visioner dari para pimpinan puncak BNN, penelitian ini mendapat kesan ketidak- kalangan elemen aparatur penegak hukum di Indonesia, dan bahkan di salah satunya
siapan, bahkan inkonfidensi di kalangan staf di pusat, dan terutama di daerah. BNN (Kepolisian). Kesan ini berlaku tidak hanya di pusat, melainkan juga di daerah. Sukses
perlu mulai serius mengembangkan secara merata, tidak hanya SDM yang berkualitas, tidaknya kinerja BNN akan ditentukan dari sukses tidaknya BNN menangani persoalan ini.
melainkan juga yang terspesialisasi dan yang mampu bersaing secara internasional. Kedua, defisit mindset ini kerap terjadi di kementerian, lembaga, dan perangkat
Problem ketiga adalah belum terkonfirmasinya perubahan-perubahan pada daerah (K/L/D). Yang paling sering ditemukan dalam beberapa kesempatan adalah rasa
pola pendekatan BNN kepada masyarakat sejak direkomendasikan beberapa kali oleh kepemilikan P4GN masih jarang dimiliki, sekalipun bahkan sudah dua kali Inpres RAN
penelitian-penelitian yang sudah dilakukan BNN sendiri, setidaknya sejak 2016. Secara P4GN dikeluarkan. Bahkan, beberapa masih saja (salah) menganggap bahwa program
umum, pendekatan masih dilakukan lewat jalur-jalur seremonial yang sekali tembak (one- P4GN itu hanyalah milik BNN saja. Persoalan ini di banyak kesempatan berimplikasi pada
off) alias insidentil, masih dianggap kurang menarik kemasannya, dan yang terpenting, rendahnya insiatif untuk menyelenggarakan, atau bahkan mengalokasikan anggaran
hasilnya tidak dilihat menguntungkan/efektif dibandingkan upaya dan biaya yang harus untuk program-program P4GN. Kesan ini amat kuat di dapat penelitian ini, sampai-sampai
dikeluarkan oleh daerah. Bahkan, bagi kalangan anak muda remaja dari kelas menengah tim peneliti bersepakat bahwa mayoritas FGD yang telah dilakukan bersama K/L/D terkait
atas perkotaan, pendekatan-pendekatan ini dianggap kolot dan menggurui, ketimbang adalah pemborosan biaya, waktu, dan energi (dan emosi).
persuasif dan suportif. Di atas semua ini, lagi-lagi belum ada standar ukuran yang bisa Terakhir, di masyarakat. Upaya BNN untuk mengarusutamakan langkah-langkah
dipakai untuk menakar keberhasilan (atau kegagalan) pendekatan-pendekatan ini dari pencegahan dengan melibatkan masyarakat harus berhadapan dengan animo masyarakat
segi capaian hasil (outcome). yang justru lebih senang dengan sisi heroik dari pemberantasan narkotika: pengejaran,
Keempat, di tengah minimnya kapasitas pengawalan dunia akademik akan kebijakan penangkapan, tembak-menembak, dst. Temuan dari analisis media massa dan keluhan/
yang berbasis pembuktian dan saintif, ada kebutuhan strategis bagi BNN untuk meng- testimoni dari petugas/pejabat terkait, baik dari BNN maupun Kepolisian, mengonfirmasi
upscale penelitian-penelitian yang dilakukan atau diinisiasinya. Di daerah, banyak ini. Dari penelitian ini, didapat bahwa persepsi dan resepsi masyarakat yang demikian ini
didapati kebutuhan untuk memahami dinamika perubahan sosial kemasyarakatan demi berdampak pada kecenderungan-kecenderungan di kalangan petugas/penegak hukum
6 Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) 7
Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika