Page 188 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 188

Rekomendasi                                                                                                                                                                                                    Rekomendasi




          (pahit) dan tak terhindarkan bahwa sampai saat ini, kesulitan utama untuk para eks-lapas                                 pemerintah, lewat BNN tentunya, adalah dengan menentukan skala ukuran keberhasilan

          dan eks-rehab ini untuk bisa kembali ke masyarakat (reintegrasi) justru adalah stigma                                    rehabilitasi yang  disepakati  secara bersama, dan  kemudian  memberlakukannya  itu
          masyarakat  itu sendiri yang menerapkan sistem diskriminasi, prasangka, dan bahkan                                       bagi semua penyelenggara  rehabilitasi. Jadi, silakan untuk  menggunakan  metodenya
          penolakan. Tentu ini adalah hal yang harus dipecahkan juga. Namun untuk jangka pendek,                                   masing-masing, namun semuanya tetap harus berorientasi pada capaian kekambuhan

          sembari upaya-upaya destigmatisasi ini digencarkan, pertahanan ekonomi harian para                                       yang rendah yang indikatornya ditentukan dan disepakati secara nasional. Bahkan, jika
          eks ini adalah krusial untuk diprioritaskan. Strategi ekonomi kolektif berbasis komunitas                                diperlukan, ketiga lembaga bisa mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang
          eks-lapas dan eks-rehab ini bisa menjadi solusi.                                                                         standar rehabilitasi nasional dalam kerangka P4GN dan Pertahanan Aktif. Jadi, apapun

               Kemnaker,  Kemendes  dan  Kemenkop  UKM  dapat  digandeng  untuk  merancang                                         metodenya, indikator tetap satu.
          bersama program ini.  Dengan  kemnaker, pelatihan  work  skills  dilakukan.  Sementara                                         Selain indikator capaian, usulan penataan lain yang tidak menyentuh metode dan

          dengan  Kemendes  dan  Kemenkop  UKM,  dana-dana  untuk  pemodalan  awal  usaha                                          program yang notabene adalah dikembalikan pada masing-masing penyelenggara adalah
          bersama bisa dikucurkan. Baik itu dilakukan di daerah rural maupun di daerah perkotaan.                                  pada orientasinya, pada “marwahnya”. BNN perlu mengusulkan  rancangan sistematis

          Pendampingan  manajemen  usaha  perlu  dilakukan,  itulah  mengapa  BNN  perlu  untuk                                    program dan  strategi rehabilitasi  secara nasional  dengan  berpusatkan  pada  manusia
          menggandeng kementerian terkait yang memang lebih berkapasitas—bahkan memang                                             (human-centred intervention). Perancangan ini melibatkan seluruh pegiat, praktisi, peneliti,
          bertugas—untuk ini.                                                                                                      dan juga penyelenggara  balai rehabilitasi.  Untuk  ini, BNN perlu mengonsolidasikan

                                                                                                                                   seluruh elemen dan pemangku kepentingan dalam bidang rehabilitasi agar sepakat untuk
                                                                                                                                   membuat program yang berbasis luaran dan capaian terukur.
          8.2.7. Paket Ide 5: Konsolidasi Capaian                                                                                        Untuk paradigma yang human-centred, BNN direkomendasikan untuk mengeksplorasi


                       Strategis Rehabilitasi Nasional                                                                             alternatif model bagi adiksi selain model “penyakit otak”  (brain disease)  yang banyak
                                                                                                                                   terbukti justru kontraproduktif,  menuju model  “neurodevelopmental-learning”  yang

                                                                                                                                   mulai banyak dipakai secara  global, baik secara  akademis maupun  praktis/klinis. Bisa
               Sudah banyak dikeluhkan soal penataan rehabilitasi narkoba yang terbagi antara                                      dimulai dengan menyelenggarakan kajian dan konferensi adiksi lintas-disiplin (kesehatan

          tiga lembaga pemerintah skala nasional: Kemensos, Kemenkes, dan BNN. Penataan soal                                       masyarakat,  kesejahteraan sosial, psikologi,  neurosains,  sosiologi, antropologi,  dst.),
          ini  tentu harus menjadi prioritas, khususnya dalam revisi UU Narkotika yang  sedang                                     maupun mengundang pakar (mis. Marc Lewis) untuk memberi workshop dan memandu

          digodok. Namun demikian, selain soal tata kelembagaan, hal yang menurut kami juga tidak                                  pengembangan  teknik  dan instrumen terapi berikut pengukuran  capaian rehabilitasi
          kalah krusialnya adalah penataan konten dari program rehabilitasinya. Beragamnya balai                                   secara nasional. Program rehabilitasi yang terkonsolidasikan secara nasional ini kemudian
          rehab dengan indukkannya yang bermacam-macam (di ketiga lembaga tadi), berdampak                                         di-upscale se-high-profile mungkin untuk juga menjadi program yang bisa dibawa ke forum

          pada  beragamnya  pula  metode-metode  yang  dilakukan.  Namun  demikian,  ironisnya,                                    kawasan, dan bahkan mengajak partisipasi ke dalam semacam platform komunikasi untuk
          sekalipun  beragam  metodenya,  satu  kesamaan  yang  diakui  hampi  secara  aklamasi:                                   rehabilitasi Asia Tenggara. Dengan begini, kerjasama people-to-people dapat terwujud, dan

          angka kekambuhan yang tinggi. (Perlu diperhatikan juga bahwa terma “tinggi” di sini lebih                                satu lagi skor diplomasi kultural Indonesia dicetak.
          merujuk pada perkiraan, karena memang kami sendiri gagal menemukan standar ukuran
          yang jelas dan yang menjadi rujukan untuk mengukur tingkat kekambuhan ini). Sehingga

          menjadi urgen untuk merapatkan barisan pegiat dan penyelenggara rehabilitasi untuk
          bersama-sama menekan angka kekambuhan ini sampai titik terendah, bahkan nol.

               Jika upaya untuk menyeragamkan metode rehabilitasi ini agak susah—seperti yang
          disampaikan keraguannya oleh banyak informan kami, maka upaya yang bisa dilakukan





            174     Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)                                                                               Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   175
                                                                                                                                                                                  Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
                    Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193