Page 65 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 65
Temuan dan Analisis Temuan dan Analisis
Terlepas dari konteks hukum yang berbeda, strategi Pertahanan Aktif ini tampak
jelas menekankan kapasitas untuk tidak hanya bertahan, melainkan juga untuk tahu
kapan harus menyerang. Kapasitas monitoring, observasi, deteksi anomali, pengenalan
pola serang, dst., yang merupakan kemampuan untuk aktif mengetahui (active knowing)
adalah kunci sukses pertama dari strategi Pertahanan Aktif. Kunci yang kedua adalah
kesiapsiagaan untuk menyerang (first/counterattack readiness) kapanpun dianggap perlu.
Kesiapsiagaan ini tentunya merupakan hasil dari upaya kontinyu untuk memperkuat
pertahanan dan mengembangkan skenario serangan balik.
Berikutnya soal pilihan penekanan: apakah berat ke pertahanan dengan kapasitas
penyerangan pertama/balik yang destruktif, yaitu paradigma preventif/preemtif; atau
ke pertahanan diri yang memfrustrasikan lawan, yaitu paradigma protektif. Pilihan
penekanan ini yang disebut dengan postur pertahanan. Postur dan desain pertahanan
yang manapun dari Pertahanan Aktif sebenarnya sama-sama mensyaratkan dua hal, yaitu
Tabel 3. Tipologi manuver Pertahanan Aktif dalam keamanan siber menurut Paul Rosenzweig. 42
penentuan objek vital yang hendak dilindung dan penentuan karakter dan kekuatan
lawan. Karakter, lokasi, dan sifat dari objek vital akan memengaruhi bagaimana strategi
Matriks Rosenzweig ini cukup memecah perdebatan ke dalam dua kubu besar: yang dipikirkan, dikonsepsikan, dan diimplementasikan. Begitu juga profil kekuatan lawan dan
pertama adalah spektrum strategi yang menekankan pada serangan dini (first strike) bagaimana ia akan digunakan untuk mengancam pertahanan akan berdampak signifikan
dan kedua adalah spektrum strategi yang mengedepankan pencegatan/intersepsi pada teknik, peralatan/persenjataan, dan taktik yang dipakai untuk melumpuhkan lawan
dan retaliasi. Dengan keempat manuver—monitor, retas, disrupsi, hancurkan— tersebut. Hal yang penting diingat, yang membedakan pertahanan dari serangan, adalah
43
seseorang bisa memilih apa yang harus dilakukan saat ia mendeteksi ada serangan, jauh bahwa pertahanan protektif selalu ditujukan utamanya untuk melindungi objek
sebelum ia menjalar dan melumpuhkan sistemnya. Ia bisa memilih menyerang duluan vital sendiri, sementara motivasi pertahanan preventif adalah selalu menghancurkan
sebelum ia terlanjur diserang. Namun orang lain juga bisa berpikir bahwa ia hanya objek vital lawan.
akan menyerang balik saat ia sudah diserang; sembari diserang, yang ia lakukan adalah
memonitor dengan seksama, meminimalisir dampak, dan mencari momen. Spektrum Selain paradigma protektif dan preventif/preemtif, studi pertahanan belakangan
pertama dilakukan sebelum diserang, sementara spektrum kedua dilakukan selagi atau juga mengembangkan paradigma resiliensi/ketahanan. Tantangan keamanan baru yang
setelah diserang. Agak aneh memang, mengapa harus menunggu diserang dahulu baru tergolong non-tradisional, seperti peredaran gelap narkotika yang menjadi subjek studi kali
mau menyerang balik. Inilah perbedaan konteks Pertahanan Aktif dalam keamanan siber ini, sudah banyak membuat para perumus kebijakan keamanan internasional, khususnya
dengan pencegahan narkotika. Konteks keamanan siber ini lebih menekankan aspek NATO yang terang-terangan menyatakan ini, untuk mulai mengadopsi postur pertahanan
hukum yang mana serangan yang salah/tidak terbukti akan memiliki dampak hukum. yang menganut paradigma resiliensi (ketahanan): yaitu bahwa pertahanan dilihat sebagai
Ambiguitas status hukum dari sebuah serangan (balik) siber ini yang tidak ada di kasus “kesiagaan sipil [..] dan kesiapan menghadapi hal tak terduga (contingencies) yang dapat
44
narkotik; semua tindakan peredaran unambiguously kriminal. berdampak parah pada fondasi masyarakat dan infrastruktur kritis.” Hal ini sejalan pula
dengan dunia akademik dan tangki pemikir (think-tank) yang berkutat dalam studi strategi
dan pertahanan (strategic and defense studies) sendiri yang mulai banyak menganjurkan
paradigma baru resiliensiisme (resiliencism) sebagai “proses penyesuaian yang terpolakan
42 Rosenzweig; Lihat juga Anthony Glosson, “Active Defense: An Overview of the Debate and a Way Forward,” Mercatus Working
Paper (Arlington, VA, 2015).
43 Gregory Levitin dan Kjell Hausken, “Preventive strike vs. protection in defense strategy,” Military Operations Research 15, no. 3
(2010): 5–15; Kjell Hausken dan Gregory Levitin, “Active vs. passive defense against a strategic attacker,” International Game Theory Review
13, no. 1 (2011): 1–12; Gregory Levitin, Kjell Husken, dan Hanoch Ben-Haim, “Active and passive defense against multiple attack facilities,” 44 “Resilience: the first line of defence,” NATO Review, 27 Februari 2019, https://www.nato.int/docu/review/articles/2019/02/27/resil-
Asia-Pacific Journal of Operational Research 28, no. 4 (2011): 431–44. ience-the-first-line-of-defence/index.html.
50 Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) 51
Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika