Page 69 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 69

Temuan dan Analisis                                                                      Temuan dan Analisis




            limited offensive action and counterattacks to deny a contested area or position to the enemy.”

            Di kesempatan lain, Kepala BNN menyampaikan dalam wawancara dengan sebuah media
            nasional  bahwa  Active  Defense  merupakan  sebuah  pendekatan  pencegahan  dengan  cara
            “memutus jalur peredaran gelap narkotika sejak di luar negeri, baik di negara produksi maupun

            negara  transit.”  Lebih  rincinya,  pendekatan  ini  dilakukan  dengan  “mengunjungi  beberapa
            negara untuk membangun sistem dan kerja sama, khususnya dalam pertukaran informasi,”
            dan bahkan menempatkan “diplomat-intelijen narkoba di beberapa negara.”  Dalam ilustrasi
                                                                                              51
            ini, sayangnya tidak juga disampaikan sebuah definisi baku mengenai apa itu Active Defense.
                  Absennya definisi baku ini, menariknya, juga dibarengi pemaknaan problematis oleh

            beberapa akademisi di lingkaran BNN. Misalnya, dalam satu kesempatan, seorang kelompok
            ahli  BNN  mendefinisikan  Active  Defense  sebagai—dengan  menggunakan  bahasa  Inggris—

            “the  use  of  offensive  actions  to  outmaneuver  an  adversary  and  make  an  attack  more  difficult
            and to carry out. Applying offense- driven strategies is critical to being able to detect and stop
            not only external threat actors, but also insiders and attackers with varying motivations.”  Selain
                                                                                                       52
            definisi ini terlalu umum, secara esensial, memaknai Active Defense sebagai tindakan ofensif
 Gambar  3. Rancangan Teknokratik RPJMN 2020-2024, Bappenas, 2018, dengan anotasi tim Nasmik Renstra
            justru berkontradiksi dengan kajian lain yang sudah dilakukan BNN sendiri, yaitu Nasmik

            Renstra  2020-2024.  Di  naskah  tersebut  jelas  disebutkan  mengenai  bagaimana  strategi
 Terhadap  ini,  Nasmik  merekomendasikan  untuk  melihat  strategi  Pertahanan  Aktif
 sebagai “kemampuan aktif mendeteksi, mengantisipasi, dan menanggulangi berbagi potensi   ofensif “tampaknya perlu untuk dievaluasi” karena justru kontraproduktif dengan target
 ancaman” narkotika.  Dengan uraian di bagian sebelumnya, dapat dilihat bahwa rekomendasi   capaian P4GN: bukannya menyurut, justru jaringan pengedar semakin “memperkuat diri dan
 49
                                                                                                   53
 ini adalah sejalan dengan formulasi empat paradigma Pertahanan Aktif yang sudah   mengembangkan berbagai modus dan kelengkapan persenjataan kejahatannya.”
 disampaikan: potektif, preventis/preemtif, imunitif, dan kuratif. Oleh karena itu, bagian ini   Kemudian masalah berikutnya adalah terkait terjemahan Active Defense sebagai “defensif
 akan mengintegrasikan formulasi paradigmatik di atas ke dalam kerangka kerja kelembagaan   aktif” oleh tim perumus Nasmik Renstra berdampak pada cara pandang bermasalah. Istilah

 BNN secara keseluruhan. Namun sebelum itu, penting untuk menyepakati terlebih dahulu   ‘defensif’ justru semakin memperkuat postur Indonesia yang reaksioner, dan cenderung
 apa yang disebut dengan Active Defense, dimulai dengan penerjemahan bakunya.   bermakna  “aktif  bereaksi”—sebuah  posisi  yang  justru  ingin  dihindari  melalui  naskah
            tersebut. Terjemahan ‘defense’ yang tepat adalah ‘pertahanan’—dan bukan ‘defensif’; yang
 Sudah lebih dari setahun terma  Active Defense terlontar di ruang publik. Namun   pertama adalah kata benda, sementara yang terakhir adalah kata sifat. Dalam istilah active
 menariknya belum satupun dokumentasi maupun dokumen yang menyatakan dengan tegas   defense,  ‘defense’  yang dimaksud adalah sebagai kata benda—pertahanan—yang memiliki

 definisi terma krusial tersebut, tidak bahkan di dokumen Rencana Strategis BNN 2020-2024   karakter/postur ‘aktif’. Definisi yang tepat, dengan demikian, adalah PERTAHANAN AKTIF.
 yang sudah disahkan lewat Perka BNN No. 6/2020. Kepala Biro Perencanaan BNN, misalnya,   Catatan kritisnya, pemaknaan terma ‘pertahanan’ pun tidak bisa menggunakan pemaknaan

 mendefinisikan  Active  Defense sebagai “[k]emampuan Negara Indonesia untuk menangkal   common sense begitu saja. Dalam teorinya, dan yang juga sudah diterapkan di hampir seluruh
 gangguan keamanan (narkoba) yang berasal dari Luar Negeri yang akan masuk ke Wilayah   departemen pertahanan di seluruh dunia, pertahanan tidaklah selalu “bertahan,” artinya ia
 Indonesia.”  Namun demikian, akunya saat itu, definisi tersebut adalah definisinya sendiri   tidak selalu “defensif,” ia juga bisa bersifat ofensif, dan ini tergantung postur strategisnya—
 50
 dan  memang  belum  disahkan.  Tidak  hanya  itu,  ia  mengembangkan  definisi  tersebut  dari
 penafsirannya  akan  definisi  Departemen  Pertahanan  AS  (DoD)—“[t]he  employment  of
               51    “Akan  Ada Diplomat-Intelijen  Narkoba  di Beberapa  Negara,” 26 Juni 2019, https://mediaindonesia.com/read/de-
            tail/243296-akan-ada-diplomat-intelijen-narkoba-di-beberapa-negara.
 49    BNN-RCCP FIA Universitas Brawijaya, 72.  52    Budi Utomo, Disain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) dalam P4GN [Handout Diskusi], 2020.
 50    Kepala Biro Perencanaan BNN, Kajian Active Defense [Handout Diskusi], 2020.  53    BNN-RCCP FIA Universitas Brawijaya, Naskah Akademik Penyusunan Rencana Strategis Badan Narkotika Nasional 2020-2024, 72.


 54  Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   55
 Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
                                                           Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74