Page 39 - Kelas XI.7. Mitigasi dan Adaptasi Bencana_Dirjen GTK Kemdikbud 2019
P. 39

Unit Pembelajaran

                                                                    Mitigasi dan Adaptasi Bencana





                                   diakibatkan  dari  buruknya  sistem  pertanian,  grazing,  maraknya

                                   pemukiman,  dan  kebutuhan  energi  yang  tinggi.  Kesemuanya

                                   berujung  pada  exploitasi  berlebihan  terhadap  sumberdaya  alam
                                   dan  perubahan  tata  guna  lahan  yang  tidak  sesuai.  Hasilnya

                                   bencana  seperti  banjir,  erosi,  kekeringan  dan  kehilangan  hutan.
                                   Misalnya, banjir dapat terjadi karena penerapan sistem pertanian

                                   yang tidak sesuai pada bagian atas aliran sungai.

                               b.  Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

                                   atau  rangkaian  peristiwa  nonalam  antara  lain  berupa  gagal

                                   teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Pada
                                   Gambar 3, bencana epidemi merupakan bencana non alam dengan

                                   frekuensi  kejadian  sebesar  13  %.  Selanjutnya,  bencana  yang

                                   terjadi karena kegagalan teknologi dapat berujung pada kejadian
                                   kecelakaan  di  bidang  manufaktur,  transportasi,  ataupun

                                   pendistribusian bahan kimia yang berbahaya seperti bahan bakar
                                   minyak,  bahan kimia, bahan peledak atau bahan  nuklir. Contoh

                                   bencana  katastropik  yang  berasal  dari  bencana  non  alam  yang

                                   pernah  terjadi  adalah  kebocoran  pipa  dari  industri  pestisida  di
                                   Bhopal,  India  Tahun  1984.    Kecelakaan  lalu  lintas  di  Indonesia

                                   dikategorikan  sebagai  pembunuh  terbesar  nomor  tiga  di  bawah

                                   penyakit    jantung  koroner  dan  TBC.  Data  WHO  tahun  2011
                                   menyebutkan, sebanyak 67 persen korban kecelakaan lalu lintas

                                   berada pada usia produktif, yakni 22 – 50 tahun. Terdapat  sekitar

                                   400.000 korban di bawah usia 25 tahun yang meninggal di jalan
                                   raya,  dengan  rata-rata  angka  kematian  1.000  anak-anak  dan

                                   remaja  setiap  harinya.  Data  Kepolisian  RI  menyebutkan,  pada

                                   tahun  2012  terjadi  109.038  kasus  kecelakaan  dengan  korban
                                   meninggal dunia sebanyak 27.441 orang, dengan potensi kerugian

                                   sosial ekonomi sekitar Rp 203 triliun - Rp 217 triliun per tahun.







                                                                                                     117
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44