Page 121 - AJARI HATIKU | AGAR BERSYUKUR & DAMAI | DIYANA TAHIR | EHATI
P. 121

Jadi, ‘ayah’ yang dimaksudkan anak tersebut hanyalah bayangan

         ibunya. Ternyata, wanita itu biasanya berbicara dengan bayangannya


         setiap malam, kerana dia sangat merindukan suaminya.





         Suatu ketika dahulu, anaknya bertanya kepada ibunya: “Setiap orang

         di desa memiliki ayah, kenapa aku tidak punya?”





         Sehingga pada malam tersebut, untuk menenangkan anaknya, si ibu

         menunjukkan bayangannya di dinding, dan berkata,





         “Ini dia ayahmu!” dan dia mulai berbicara dengan bayangannya.





         “Suamiku sayang, kamu sudah pergi begitu lama. Bagaimana

         mungkin aku membesarkan anak kita sendirian? Tolong, cepatlah

         pulang sayang.”





         Itulah pembicaraan yang sering dia lakukan. Tentu sahaja, ketika dia

         lelah, dia duduk, dan bayangannya juga duduk.





         Sekarang ayah muda tersebut mulai mengerti. Persepsi keliru sudah


         menjadi jernih. Tetapi semua itu sudah terlambat; isterinya sudah

         mati.



















                                                          104
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126