Page 514 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 514

Pengayaan Materi Sejarah


                ketika AS dan Perancis  bersaing untuk menjual  pesawat tempurnya di
                awal tahun 1990-an, tersimpul pula kepentingan strategis-politis, yang
                mendampingi kepentingan ekonomi.
                        Melihat  IPTN  tumbuh  pesat  dengan  bekerja  sama  dengan
                perusahaan-perusahaan  dari  Eropa,  barulah  General  Electric  (sebuah
                perusahaan pembuat mesin-mesin pesawat terkemuka Amerika Serikat)
                bersedia menjalin kerja sama dengan IPTN. Tampaknya General Electric
                pelit melakukan alih teknologi. Bentuk kerja samanya itu hanya berupa
                pemakaian jasa perusahaan terkemuka tersebut untuk merawat mesin-
                mesin pesawat dan mesin-mesin industri yang dikelola bersama dengan
                IPTN.  Walaupun  tidak  semendalam  kerja  sama  dengan  perusahaan-
                perusahaan  Eropa,  terjadi  juga  alih  teknologi.  Sehingga  pada  tahun
                1983, IPTN berhasil mendirikan Divisi Universal Maintenance Center.
                        Pada tahun 1982, kerja sama serupa dilakukan dengan Boeing.
                KaIi  ini  IPTN  menggunakan  jasa  Boeing  untuk  meningkatkan
                kemampuan  manajemen  IPTN  agar  efisien  dan  mampu  berproduksi
                secara  maksimal.  Pada  tahun  itu  pula  IPTN  berhasil  bekerja  sama
                dengan Bell Helicopter Textron Inc. untuk memproduksi helikopter Nbel
                11-412 atas dasar lisensi.

                        Berbagai perusahaan asing Eropa dan AS terus-menerus bekerja
                sama  untuk  membuat  pesawat  dan  helikopter  dengan  lisensi  karena
                mereka tahu bahwa Indonesia merupakan pasar terbesar berbagai jenis
                pesawat  yang  dilisensikan  tersebut.  Apalagi  mereka  tahu  bahwa
                Pemerintah     Orde    Baru     berniat   secara    sungguh-sungguh
                mengembangkan  industri  dirgantara  nasional.  Ha1  itu  terlihat  ketika
                pemerintah  mengeluarkan  kebijakan  proteksi  untuk  memberi
                kesempatan agar produksi IPTN laku atau terbeli di pasaran domestik.
                Karena  itulah,  berbagai  pemakai  pesawat  terbang  ringan  nasional
                akhirnya membeli produk-produk IPTN.
                        Selain menjalin kerja sama dalam bentuk lisensi, perusahaan dari
                berbagai negara itu mengeruk keuntungan sebagai pemasok komponen
                pesawat  yang  dibutuhkan  oleh  IPTN  (lihat  Tabel  8).  Tabel  9
                menunjukkan bahwa Amerika Serikat mengincar pasar Indonesia dalam
                hal komponen-komponen pesawat terbang tersebut. Utamanya mereka
                mengincar  IPTN  dalam  hal  produksi  pesawat  dengan  lisensi,  karena
                dipastikan bahwa produksi IPTN akan laku di pasaran  domestik.





                502
   509   510   511   512   513   514   515   516   517   518   519