Page 78 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 78
Pengayaan Materi Sejarah
mendapat prioritas untuk ditangani. Presiden Mesir, Ghamal Abdul
Nasser memberikan tekanan pada prinsip keempat. Menurutnya
ketegangan Berlin (yang pada waktu itu sedang memuncak) adalah
akibat terjadinya perlombaan persenjtaan, dan gagalnya negara-negara
besar mencapai persetujuan mengenai perlucutan senjata. Nasser
menyerukan agar negara-negara Non-Blok selalu mendukung dengan
segenap tenaga usaha menegakan perdamaian, disamping memusatkan
kegiatannya untuk melenyapkan kolonialisme.
Presiden Tito dari Yugoslavia yang menjadi tuan rumah
konferensi, terutama menyoroti prinsip pertama, yang dikaitkannya
dengan terjadinya pembentukan blok-blok yang saling bermusuhan. Ia
menekankan bahwa KTT Beograd tidak dimaksudkan untuk membentuk
blok baru. Kepada negara-negara besar Tito memperingatkan , bahwa
nasib dunia ini tidak dapat hanya mereka tentukan sendiri.
Deklarasi KTT yang terdiri dari 27 pasal adalah sejalan dengan isi
pidato tokoh-tokoh yang dikutip diatas, dengan menyoroti masalah-
masalah yang hangat waktu itu. Seperti, misalnya masalah Angola;
penarikan pasukan Perancis dari seluruh wilayah Tunisia; masalah hak
rakyat Palestina; penutupan pangkalan AS di Guantanamo karena
merugikan integritas teritorial Kuba; penyeselesaian masalah Jerman
secara damai; kecaman terhadap semua bentuk kolonialisme, neo-
kolonialsme dan dominasi imperialis. Seruan kepada AS dan Uni Soviet
agar mengakhiri persiapan-persiapan perang dan segera mengadakan
21
perundingan damai. Pada KTT I juga ditegaskan bahwa GNB tidak
diarahkan pada suatu peran pasif dalam politik internasional, tetapi
untuk memformulasikan posisi sendiri secara independen yang
merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya.
Peran aktif negara-negara Non-Blok dalam menjaga perdamaian
dunia diperinci lebih jelas dan tegas dalam Deklarasi KTT Non-Blok ke-II
di Kairo , Mesir (5 -10 Oktober 1964). Dikemukakan sebagai prinsip
sentral dalam deklarasi itu adalah peaceful co-existence atau “ko-
eksistensi damai”, yang dalam pendahuluan deklarasi ditambah kata
sifat active, sehingga active peaceful co-existence. Dengan
penambahan kata “aktif” itu menjadi lebih jelas bahwa ko-eksistensi
damai dalam hubungan antar bangsa mengandung pula amanat
pengembangan kerjasama yang saling menguntungkan. Kerjasama
ekonomi juga ditegaskan dalam rangka aktif ko-eksistensi damai.
66