Page 61 - DRAFT RANCANGAN PP REVISI PP NO
P. 61

PRESIDEN
                                                    REPUBLIK INDONESIA

                                                          -  60  -


                                  (3)  Biaya berkenaan dengan pinjaman daerah dibebankan
                                       pada anggaran belanja daerah.

                                                        Pasal 125

                                  (1)  Hak tagih mengenai utang atas beban daerah kedaluwarsa
                                       setelah 5 (lima) tahun sejak utang tersebut jatuh tempo,
                                       kecuali ditetapkan lain oleh undang-undang.

                                  (2)  Kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
                                       tertunda apabila pihak yang berpiutang mengajukan
                                       tagihan kepada daerah sebelum berakhirnya masa
                                       kedaluwarsa.

                                  (3)  Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
                                       berlaku untuk pembayaran kewajiban bunga dan pokok
                                       pinjaman daerah.

                                                        Pasal 126

                                  Pinjaman daerah bersumber dari:
                                  a.  pemerintah;
                                  b.  pemerintah daerah lain;

                                  c.  lembaga keuangan bank;

                                  d.  lembaga keuangan bukan bank; dan
                                  e.  masyarakat.


                                                        Pasal 127

                                  (1)  Penerbitan obligasi daerah ditetapkan dengan peraturan
                                       daerah setelah mendapat persetujuan dari Menteri
                                       Keuangan.

                                  (2)  Persetujuan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud
                                       pada ayat (1) dilakukan setelah memperoleh pertimbangan
                                       Menteri Dalam Negeri.

                                  (3)  Peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
                                       sekurang-kurangnya mencakup jumlah dan nilai nominal
                                       obligasi daerah yang akan diterbitkan.

                                  (4)  Penerimaan hasil penjualan obligasi daerah dianggarkan
                                       pada penerimaan pembiayaan.

                                                                                      (5) Pembayaran . . .
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66