Page 177 - BUKU PERDEBATAN PASAL 33 DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945
P. 177

Susanto Polamolo
            Elnino M. Husein Mohi
            PERDEBATAN PASAL 33
            DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945

                  dirubah. Sementara kami berpendapat bahwa oke
                  kami setuju dengan semangatnya, kami setuju
                  dengan cita-citanya, tetapi kami tidak setuju dengan
                  formulasinya, hanya itu saja. Tadi saya kira sudah
                  disinggung oleh Ibu Adiningsih, bahwa semangatnya
                  oke, tetapi itu formulasi di dalam Undang-Undang
                  Dasar 1945 yang sekarang ada itu multi interpreteble,
                  bisa diinterpretasikan sangat bermacam-macam
                  dan formulasinya itu kurang perspektif. Tidak
                  memberikan resep kepada pemerintah untuk
                  melakukan   sesuatu  lebih  merupakan    suatu
                  statement of values  bukan merupakan preskripsi
                  dari bagaimana secara teknokratis mengatur dan
                  merealisasikan sosialisme ekonomi Indonesia.
                        Kemudian atas dasar itu maka kami
                  mengusulkan bahwa Pasal 33 dan Pasal 34 itu
                  direformulasi tanpa meninggalkan semangatnya.
                  Jadi, direformulasi dengan bahasa yang lebih
                  down to earth, yang tidak  multi interpreteble,
                  yang   preskriptif  bagi  pemerintah,  sehingga
                  pemerintah itu bisa ditagih, dengan yang sekarang
                  itu pemerintah itu tidak bisa ditagih, karena di
                  dalam Pasal 33 itu memang tidak ada preskripsi
                  apa-apa,  bagi  pemerintah  itu,  tidak  limitative.  Itu
                  sebabnya kami mengusulkan, saya kira menggenai
                  Pasal-Pasalnya dulu Prof. Sunny sudah pernah
                  membagikan ya, Pasal-Pasal yang itu kreasi saya.
                  Yang masih harus dinegosiasikan bersama-sama
                  dengan Ibu Sri Adiningsih dan Pak Syahrir jadi yang
                  sempat Bu Sri Mulyani juga.



                                       116
   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182