Page 194 - BUKU NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN EDISI KE-2
P. 194
KEPENTING AN NASIONAL D AN A GEND A PEMBANGUNAN
dengan baik. Pelaksana proyek ini adalah High Speed Railway Contractor
Consortium (HSRCC). Konsorsium kontraktor ini membagi pekerjaan untuk
kedua pihak. Indonesia mengerjakan 30% melalui Wijaya Karya, dan 70%
dikerjakan oleh kontraktor dari China. Bagaimana realisasinya, masih tanda
tanya besar.
Menurut Rachmat Gobel, sewaktu menjabat sebagai Menteri Perdagangan
dan mendampingi Presiden Jokowi dalam kunjungan ke Jepang, masalah
transfer teknologi ini sudah dibicarakan. Menurutnya, transfer teknologi itu
memiliki tiga tahap. Pertama, transfer of jobs, yaitu transfer pekerjaan. Jadi,
pengerjaannya dilakukan oleh warga Indonesia, bukan oleh asing. Inilah
yang dilakukan dalam pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) antara
Lebak Bulus-Sudirman, yang juga menggunakan teknologi Jepang. Dengan
cara ini, warga Indonesia memiliki pengalaman dalam membangun suatu
proyek atau pabrik atau barang.
Kedua transfer teknologi dilakukan melalui transfer of knowhow, yaitu
bagaimana suatu hal dikerjakan. Ini soal pemahaman dan pengetahuan
tentang tata cara dan prosedur pengerjaan sesuatu. Biasanya ini tentang
kontraktor dan atau subkontraktor pengerjaan suatu proyek atau produk.
Siapa kontraktor pengeboran, siapa kontraktor pemasangan rel, siapa
kontraktor instalasi, siapa kontraktor sistem sinyal, dan sebagainya. Intinya
ada transfer pengerjaan, bukan sekadar transfer pekerjanya.
Ketiga, transfer of product development. Ini tahap tertinggi: merancang,
mendesain, dan membuat teknologinya. Misalnya bisa membuat bor sendiri,
membuat rel sendiri, membuat persinyalan sendiri, membuat gerbong
sendiri, membuat lokomotif sendiri, dan tentu yang terpenting rahasia
teknologi kereta bisa melaju cepat, dan sebagainya. Biasanya yang terpenting
adalah arsitekturnya, karena teknologi lainnya bisa dibeli melalui hak cipta.
Seperti dulu BJ Habibie merancang N-250 atau Ilham Habibie merancang
N-2130. Rancangannya dibuat oleh Habibie, tapi teknologi turbin, mesin,
landing gear dan sebagainya membeli dari pabrikan lain.
Jepang, kata Rachmat Gobel, tentu bisa melakukan transfer teknologi
pada tingkat pertama dan tingkat kedua. Untuk tingkat ketiga tentu tidak
gampang, butuh perjanjian khusus. Seperti Mercedes, BMW, juga Honda
dan Toyota misalnya, tentu tidak akan begitu saja memberikan hak ciptanya.
Begitu juga Boeing dan Airbus.
Apakah China akan memberikan transfer teknologi pada ketiga tahap
itu? Ini yang ditunggu semua orang. Yang pasti, investasi China di seluruh
dunia terikat pada skema turn-key project, hal ini sesuai dengan regulasi
negara tersebut. Setiap investasi China di negara lain, ada keharusan untuk
176

