Page 44 - MAJALAH 133
P. 44
PROFIL
Abdul Kharis Almasyhari
KETIKA KHARISMA ANAK KYAI
TAKLUKAN SENAYAN
ika diibaratkan air, hidup Abdul Kharis Almasyhari
tidak begitu saja mengalir mengikuti arus. Melainkan
air yang sengaja dialirkan ke dalam pipa-pipa yang
J sudah disediakan sebelumnya. Berikut kisah yang
dipaparkan Wakil Ketua Komisi X DPR RI pada Rahayu
Setiowati dan Rizka Arinindya dari Parlementaria.
TURUN KE SAWAH
Minggu 25 Agustus 1968 merupakan hari yang sangat
membahagiakan bagi pasangan KH. Syaibani dan Muslimah.
Betapa tidak, setelah menunggu berbulan-bulan, akhirnya
buah hati keduanya hadir ke muka bumi ini. Kalimat Tahmid,
Alhamdulillah pun tak henti-hentinya diucapkan keduanya
sebagai tanda syukur atas anugerah yang diberikan Sang
Khalik kepadanya.
Abdul kharis Almasyhari, demikian keduanya sepakat
menamai putra sulungnya itu. Pemberian nama tersebut
tentu bukan sekedar nama, melainkan sebuah harapan
kepada sang buah hati. Jika diartikan secara harfiah,
Abdul yang berarti hamba Allah, dan Kharis kurang lebih
bermakna pemimpin dan pekerja keras. Dengan demikian
jelaslah harapan kedua orangtuanya agar Abdul atau Kharis,
panggilan singkatnya, dapat menjadi hamba Allah yang akan
sukses memimpin dan bekerja keras.
Dilahirkan sebagai anak sulung tentu perhatian kedua
orangtuanya begitu besar tercurah padanya. Namun hal itu
tidak sedikit membuat ia manja. Sang ayah yang berlatar
belakang militer sekaligus sebagai seorang Kyai pemilik
pondok pesantren di Purworejo, Jawa Tengah mendidik
Kharis dengan penuh kedisiplinan dan sarat akan nilai-nilai
agama.
Masih diingat Kharis sejak Taman Kanak-Kanak, sang
ayah sudah mewajibkannya untuk setiap hari membuka
kitab suci Al quran. Ikut mengaji bersama santri-santri di
pondok pesantren sang ayah menjadi sebuah kenikmatan
tersendiri bagi Kharis. Tidak hanya itu, sang ayah pun
mengajarkannya cara menanam padi plus mengolah sawah.
Tidak berlebihan jika di usia kelas lima SD Kharis sudah bisa
membajak sawah, baik menggunakan hewan sapi ataupun
mesin pembajak sawah.
“Orangtua saya saat itu mengatakan ‘kamu harus bisa
mengolah sawah, jika kelak kamu tidak sukses di bidang lain,
Foto: Rizka
44 l PARLEMENTARIA z EDISI 133 TH. XLVI - 2016

