Page 51 - MAJALAH 121
P. 51
sebuah kampus atau perkuliahan ba ilmu. Ia pun langsung mendaftar kan Muda Kosgoro dengan masa
dengan ikatan dinas dari Departe ke Sekolah Tinggi Menejemen In bakti 19811984. Disusul dengan
men Perindustrian. Di APP Rambe dustri (STMI) jurusan Ilmu Meneje DPP KNPI pada tahun 19871990. Di
mengambil jurusan menejemen in men Industri. saat bersamaan Rambe pun terpilih
dustri. menjadi anggota MPR untuk perta
“Saat itu Menteri Perindustriannya ma kalinya, yakni pada tahun 1987
“Di APP saya mendapat beasiswa Pak Hartarto, dan tesis saya diuji 1992, disusul pada periodeperiode
karena saya dapat ranking pertama. oleh dosendosen dari ITB yang selanjutnya, secara berturutturut.
Seingat saya, ketika itu saya hanya bekerjasama dengan Departemen Pada 20092014 Rambe absen men
membayar uang kuliah 16 ribu plus Perindustrian. Jadi bisa dibilang jadi anggota legislatif. Baru pada
uang perpustakaan seribu rupiah. saya juga lulusan ITB yaa…,”ujar periode berikutnya 2014 kemarin
Sementara temanteman saya ha Rambe diselingi tawa. ia kembali mengikuti Pemilu dan
rus membayar uang kuliah puluhan berhasil kembali ke kursi parlemen.
ribu rupiah,” kisah Rambe. Karir Politik Rambe pun dipercaya menduduki
jabatan Ketua Fraksi Partai Golkar
Di bangku perkuliahan tidak hanya Lulus S2 otomatis karir Rambe pun MPR RI dan Ketua Komisi II DPR RI.
ilmu manajemen industri yang di ikut meningkat. Di saat bersamaan
dapat Rambe. Lebih dari itu, ia pun aktivitas organisasinya pun sema Kini setelah semua jabatan di
mendapat kesempatan untuk aktif kin meningkat. Setelah pada ta embannya, dan Rambe pun men
berorganisasi. Ia pun sempat terpi hun 1978 ia menjabat sebagai Ketua jadi pejabat Negara yang cukup
lih menjadi Ketua umum mahasiswa HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dise gani, ia kembali teringat de
(Ketua Senat Mahasiswa ketika itu cabang Jakarta, Rambe terpilih ngan kisah kecilnya untuk menjadi
red). Saat itu dirasakan Rambe, menjadi Ketua Umum DPP Gera seorang pejabat seperti tamu yang
banyak pelajaran hidup yang ia
dapatkan, pasalnya, jika di kampung
halaman, Pinarik keluarga Rambe
menjadi orang yang sangat disegani
plus segala fasilitas. Namun di ta
nah rantau ia harus mandiri.
“Di Jakarta jangankan mobil atau
motor, sepeda saja saya tidak pu
nya. Jadi saya kuliah dengan meng
gunakan bus umum,” akunya.
Untungnya, Rambe termasuk ma
hasiswa yang memiliki otak yang
cukup encer. Untuk menambah
uang saku, setiap hari Jum’at saat
tidak ada perkuliahaan ia gunakan
untuk menjadi mentor (mengajar
red) adikadik kelasnya. Uang dari
adik kelasnya itulah ia gunakan
untuk membiayai transport setiap
hari.
Lulus dari APP, Rambe pun lang
sung menjadi PNS (Pegawai Negeri
Sipil) di Departemen Perindustrian.
Otomatis perekonomian Rambe
pun sudah meningkat. Ia tentu ti
dak harus menjadi mentor lagi.
Meski demikian, hal itu tak meng
halangi Rambe untuk terus menim
PARLEMENTARIA EDISI 121 TH. XLV, 2015 51