Page 9 - MAJALAH 121
P. 9

Ketua Komisi VI DPR Achmad Hafisz  Soal rencana pemerintah bahwa
                                              Tohir (Dapil Sumsel I) menegaskan,   harga premium akan dipatok tidak
                                              ada dua kekeliruan pemerintah ke­  lebih dari Rp9.500/liter, menurut
                                              tika mengeluarkan kebijakan BBM  Kurtubi, kalau harga minyak dunia
                                              bersubsidi. Pertama, menaikkan  naik lagi di atas 100 US dollar, maka
                                              harga BBM saat crude oil (minyak  harga BBM di dalam negeri tidak
                                              mentah) dunia sedang turun. Itu  disubsidi bisa mencapai Rp12.000,
                                              melanggar UU APBN. Kedua, har­    sehingga kalau dipatok Rp9.500 itu
                                              ga­harga kebutuhan pokok sudah  masih perlu subsidi dari pemerin­
                                              telanjur melambung tinggi walau  tah. “Hal­hal seperti itu saya pikir
                                              pemerintah menurunkan kembali  idenya bagus sebab nggak mung­
                                              harga BBM.                        kin lagi kita terus menerus mem­
                                                                                berikan BBM murah ke rakyat, se­
                                              Kebijakan menaikkan harga BBM  mentara produksi minyak rendah,”
                                              pada awal tahun ini merupakan     terang dia.
                                              langkah  pragmatis  pemerintah
                                              untuk mendapat tambahan fiskal  “Kalau kebetulan minyak dunia tu­
                                              dengan cara mudah, bukan dengan   run seperti sekarang, nggak apa­
                                              cara kreatif. Ketika harga­harga   apa subsidi nol. Tetapi pada saat
                                              kebutuhan pokok telanjur meroket  harga melonjak lagi tiga kali lipat,
                                              bersama tarif angkutan akibat ke­  premium bisa capai Rp13­14 ribu per
                                              naikan BBM, ternyata semuanya tak  liter. Maka, statemen untuk mema­
                                              ikut turun, ketika harga BBM ditu­  tok harga premium tidak lebih dari
                                              runkan.                           Rp9.500, saya dukung. Artinya har­
                                                                                ga premium bisa menjadi Rp9 ribu,
                                              “BBM, memang, harus turun. Kalau  sebab kalau tidak disubsidi, bisa
                                              tidak turun berarti ini negara ga­  menjadi Rp13 ribu,” kata Kurtubi
                                              gal kelola. Harga crude oil  sudah   menambahkan.
                                              sempat mencapai USD 59 dan harga
                                              keekonomian BBM RON 92 menjadi  Wakil Ketua Komisi VII Satya Widya
                              Inkonsistensi   Rp4.775 per liter semestinya,” tandas  Yudha menegaskan, masalah BBM
                         Pemerintah           Hafisz. Sementara harga BBM versi   bersubsidi selalu jadi polemik dan
                                              pemerintah, lanjut politisi PAN ini,  perdebatan publik di setiap era
            Hal yang sama dikemukakan Wakil   sebesar Rp6.500 untuk RON 88      pemerintahan. Kasus ini selalu
            Ketua Komisi VI DPR Heri Gunawan   sudah melampaui hitungan harga  berulang terjadi. Tarik menarik
            dan mempertanyakan tim pena­      pokok. Ini bukti ketidakakuratan  kekuatan politik antara DPR dan
            sihat di lingkaran presiden. Kebi­  pemerintah.                     pemerintah pasti terjadi bila sudah
            jakan pemerintah menaikkan dan                                      menyangkut kebijakan harga BBM.
            menurunkan harga BBM bersub­      Sementara politisi Partai Nasional   Padahal, ada Bahan Bakar Gas (BBG)
            sidi, memperlihatkan inkonsistensi   Demokrat Kurtubi mengingatkan,   yang menjadi alternatif paling mu­
            pemerintah  dalam  merumuskan     minyak mentah yang keluar dari  rah yang belum tereksplorasi se­
            kebijakan BBM yang sudah menjadi   perut bumi hanya 400.000 barel  cara maksimal.
            hajat hidup rakyat Indonesia.     per hari. Padahal, kebutuhan dalam
                                              negeri 1,6 juta barel per hari. Hanya   Bila BBM lebih banyak memiliki re­
            Menurutnya, ketika harga BBM di­  seperempatnya yang dipenuhi oleh   sistensi publik, BBG lebih murah
            naikkan, gejolak ekonomi langsung   produksi dalam negeri, sisanya im­  dan lebih ramah lingkungan. Me­
            terasa di masyarakat. Harga kebu­  por. “Nah, dalam kondisi seperti ini  nariknya lagi, BBG tidak mengun­
            tuhan pokok dan tarif transportasi   rakyat perlu diinformasikan bahwa  dang banyak polemik. Ketersedi­
            ikut melejit. Ironisnya, kebijakan   kondisi minyak kita tidak seperti   aannya pun melimpah di negeri ini.
            menaikkan harga BBM bersubsidi    dulu lagi. Sehingga kalau subsidi   “Lalu, mengapa BBG belum menjadi
            justru terjadi di tengah harga mi­  dikurangi atau dihapuskan seperti  pengganti BBM seperti gas yang
            nyak mentah dunia sedang mero­    premium ini, dananya bisa dialih­  berhasil menggantikan minyak
            sot. Plus, kenaikan itu tidak dikon­  kan untuk infrastruktur,” katanya.    tanah untuk rumah tangga,” ujar
            sultasikan dulu dengan DPR.                                         Satya mengingatkan. (mp,mh)



                                                                             PARLEMENTARIA  EDISI 121 TH. XLV, 2015  9
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14