Page 13 - MAJALAH 121
P. 13

rang maupun sebelumnya selalu ingin mengejar untung   UUD, apalagi sudah mengikutsertakan keputusan MK
            dan meraih ruang fiskal yang cukup.                No.2/2003.”

            SPBU pun perlu berganti baju menjadi SPBG yang me­  Walau kelak pemerintah akan menyesuaikan harga
            nyediakan kebutuhan BBG untuk transportasi. Kebi­  BBM dengan harga pasar, tetap pemerintahlah yang
            jakan di sektor BBM, memang, membutuhkan kehati­   harus mengontrol. Pemerintah harus intervensi harga.
            hatian dan tidak bisa langsung dikonversi menjadi BBG.   “Harga pemerintah itu harus dilakukan secara berkala,
            Saat yang sama Kementerian ESDM membentuk Tim      baiknya 1 bulan. Kalau Sofyan Djalil mengatakan akan
            Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi yang di­  dievaluasi setiap 2 minggu itu terlalu dekat. Kalau ke­
            ketuai Faisal Basri. Salah satu rekomendasinya adalah  mudian ditinjau setiap 1 minggu itu sama saja diserah­
            menghapus premium dari SPBU.                       kan ke pasar, sehingga masyarakat berhadapan dengan
                                                               fluktuasi harga sesuai dengan fluktuasi harga minyak
            Bila premium disetujui pemerintah untuk dihilangkan   dunia. Itu yang dilarang oleh konstitusi,” tegas Satya.
            dari setiap SPBU, mungkin BBG kelak jadi kebutuhan
            yang mendesak. Namun, menurut Satya, menghilang­
            kan premium butuh waktu dan perencanaan yang
            matang. “Kita harus hati­hati menghilangkan premium.
            Kita khawatir Pertamina banyak kehilangan potensi
            marketnya di daerah­daerah dan kota­kota tumbuh.
            Dia akan kalah dengan Shell, Total, dan Petronas.”

            Bila premium mau dihilangkan, tentu SPBU asing harus
            diberi persyaratan. Para peritel asing di bidang perda­
            gangan BBM, lanjut Satya, harus membangun storage
            (penyimpanan BBM) dan refinery (kilang minyak) di
            Indonesia. Tidak seperti yang terjadi sekarang, semua
            SPBU asing tidak dibebani persyaratan. Hanya menjual
            saja. Kalau seperti ini, kita tidak mendapatkan keun­
            tungan yang signifikan.                            Ditambahkan Satya, pemerintah boleh saja memberi
                                                               harga patokan mendekati harga pasar, tetapi kurun
            Intinya, rencana penghilangan premium dari SPBU    waktunya diatur sekitar satu bulan. Itu lebih nyaman
            nasional jangan sampai dimanfaatkan asing untuk    buat masyarakat. Kalau selama kurun waktu itu harga
            mengeruk keuntungan sebesar­besarnya dari perda­   minyak tinggi, maka negara yang mensubsidi. Yang
            gangan BBM. Tidak mudah mengalihkan premium ke     penting ada kepastian harga pada kurun waktu ter­
            pertamax. Saat yang sama pengalihan BBM ke BBG ha­  tentu.
            rus menjadi alternatif paling logis dan menguntungkan
            bagi Indonesia.                                    “Argumentasi Sofyan Djalil yang mengatakan kalau
                                                               waktu evaluasinya terlalu lama dan fluktuasi harganya
            Intervensi Pemerintah                              sedang turun, sementara harganya kadung ke atas, be­
                                                               rarti rakyat akan rugi. Makanya dibuat selama 2 ming­
            Menko Perekonomian Sofyan Djalil dalam keterangan  gu. Tetapi dia lupa, bila waktunya terlalu dekat berarti
            persnya beberapa waktu lalu, menyatakan, harga pre­  dia akan menyuruh rakyatnya untuk menyesuaikan
            mium ke depan tidak akan lebih dari Rp9.600. Patokan  sesuai dengan harga pasar,” jelas Satya.
            harga ini sudah mempertimbangkan fluktuasi harga
            minyak dunia dan daya beli masyarakat. Kebijakan  Di Indonesia menyerahkan harga BBM ke mekanisme
            harga BBM akan terus ditinjau pemerintah setiap dua   pasar dilarang. Itu amanah UUD NRI Tahun 1945. Dalam
            minggu sekali.                                     mekanisme pasar, keberadaan negara hampir tidak ada,
                                                               karena semua diatur pasar. Satya mengaku menentang
            Menanggapi hal ini, Satya berpandangan, semuanya  rencana Menko Perekonomian yang akan mengevaluasi
            harus bermuara pada konstitusi Pasal 33 UUD NRI    harga BBM per dua minggu. Bagaimana pun komoditas
            Tahun 1945. Apalagi ada Putusan MK No.2/2003 yang   BBM sangat mempengaruhi komoditas kebutuhan po­
            tidak membolehkan harga minyak dan gas diserahkan  kok masyarakat. Untuk itu harus dita ngani secara hati­
            ke pasar. “Jadi kalau pemerintah mengatakan akan   hati. (mh) foto: naefurodji/parle/hr
            menyerahkan ke mekanisme pasar, dia menyalahi



                                                                             PARLEMENTARIA  EDISI 121 TH. XLV, 2015  13
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18