Page 15 - MAJALAH 121
P. 15

beralisme. Lewat skema baru pem­  banyak yang hidupnya semakin      bersama tarif angkutan akibat ke­
            berian subsidi yang dipatok sesuai   tertekan karena dampak kenaikan   naikan BBM, ternyata semuanya tak
            harga keekonomian (mengikuti      harga BBM yang sudah pasti meluas   ikut turun, ketika harga BBM ditu­
            harga pasar), pemerintah terang­  ke sektor­sektor lain. “Sementara  runkan. Tampak ada salah kelola di
            terangan menyerahkan hajat hidup   mengomentari rencana pemerintah   bidang energi.
            rakyat Indonesia kepada liberal­  menerapkan kebijakan subsidi tetap
            isme (pasar bebas). Ini juga tidak  BBM, sambung Heri, justru bisa   “BBM, memang, harus turun. Kalau
            konsisten dengan cita­cita Trisakti   berpotensi memberatkan kehidu­  tidak turun berarti ini negara gagal
            yang dikampanyekan pendiri bang­  pan rakyat banyak. Apalagi, pola  kelola. Harga crude oil  sudah sem­
            sa, Bung Karno.                   subsidi tetap tersebut tidak tertera  pat mencapai USD 59 dan harga
                                              dalam penyusunan APBN 2015.       keekonomian BBM RON 92 men­
            “Harga cabe, buah­buahan, gula,                                     jadi Rp4.775 per liter semestinya,”
            tomat, bawang, dan lain­lain sudah   Secara terpisah, Ketua Komisi VI   tandas Hafisz akhir Januari lalu.
            telanjur naik. Ujungnya, logika pas­  DPR Achmad Hafisz Tohir (Dapil   Sementara harga BBM versi peme­
            ar akan konsisten bekerja de ngan  Sumsel I) dalam siaran persnya yang   rintah, lanjut politisi PAN ini, sebe­
            caranya yang kejam, memangkas
            habis rakyat lemah. Sebetulnya,
            pemerintah tidak perlu bingung
            dan harus tunduk pada liberalisme
            kalau becus mengurus sektor migas
            kita. Sektor hulu bangsa ini tidak
            pernah berdaulat. Tapi, pemerintah
            punya caranya sendiri. Dia memilih
            konsisten untuk tidak konsisten,”
            tandas politisi Dapil Jabar IV (Kota/
            Kabupaten Sukabumi) ini.

            Anggota Fraksi Gerindra tersebut
            mengemukakan, dalam RAPBN­P
            2015, asumsi harga minyak dunia
            dipatok pemerintah sebesar USD
            70 per barel. Itu berarti harga mi­
            nyak mentah dunia cenderung tu­
            run. Bahkan, oleh beberapa pakar,
            harga minyak mentah dunia akan
            terus mengalami penurunan karena   diterima Parlementaria, menegas­  sar Rp6.500 untuk RON 88 sudah
            faktor geopolitik, kelebihan suplai   kan, ada dua kekeliruan pemerin­  melampaui hitungan harga pokok.
            minyak, dan penurunan perminta­   tah ketika mengeluarkan kebijakan   Ini bukti ketidakakuratan peme­
            an. Ini semua akibat ekonomi global   BBM bersubsidi. Pertama, menaik­  rintah.
            yang sedang bergerak lambat.      kan harga BBM saat crude oil (mi­
                                              nyak mentah) dunia sedang turun.   Kini, pemerintah harus kendalikan
            Bagi Heri, pemerintah tak memi­   Itu melanggar UU APBN. Kedua,  inflasi, naiknya harga komoditas,
            liki dasar argumen yang logis un­  harga­harga kebutuhan pokok su­  dan menurunnya daya beli ma­
            tuk menaikan harga BBM. Dalam  dah telanjur melambung tinggi wa­    syarakat. Semua ini berujung pada
            RAPBN­P 2015,  pemerintahan       lau pemerintah menurunkan kem­    melemahnya daya saing perekono­
            Jokowi­Kalla  akan  menurunkan    bali harga BBM.                   mian bangsa. Harga­harga kebutu­
            anggaran subsidi BBM dari Rp276                                     han pokok termasuk tarif angkutan
            triliun menjadi Rp56 triliun. Ala­  Kebijakan menaikkan harga BBM  yang sudah telanjur melangit, bu­
            sannya, alokasi subsidi BBM terus   pada awal tahun ini merupakan   tuh keseriusan pemerintah untuk
            membebani APBN dari tahun ke ta­  langkah  pragmatis  pemerintah  mengendalikannya. “Saat ini, me­
            hun.                              untuk mendapat tambahan fiskal  kanisme kontrol harga­harga ba­
                                              dengan cara mudah, bukan dengan   rang nyata­nyata tidak bisa diken­
            “Di sini terlihat nyata ketidakber­  cara kreatif. Ketika harga­harga  dalikan lagi,” kilah Hafisz. (mh) foto:
            pihakan pemerintah pada rakyat  kebutuhan pokok telanjur meroket    iwan armanias, andri/parle/hr



                                                                             PARLEMENTARIA  EDISI 121 TH. XLV, 2015  15
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20