Page 42 - MAJALAH 163
P. 42

SUMBANG SARAN





                         Dewan Perwakilan Rakyat

                                  dan Politik Legislasi





                                                   Dr. Fendi Setyawan, S.H., M.H.
                                        Dosen Fakultas Hukum Universitas Jember dan Tenaga Ahli
                                              Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)



                 Dampak dari Perubahan Undang-Undang Dasar
                  Negara Republik Indonesia Tahun 1945, selain
                 mengubah sistem dan struktur ketatanegaraan
                RI secara khusus juga telah menempatkan posisi
               Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai pemegang
                 kekuasaan membentuk undang-undang. Hal itu
                  diatur dalam Pasal 20 ayat (1) bahwa ”Dewan
                    Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
                          membentuk undang-undang.”



                     ergeseran kekuasaan       mengatur bahwa ”Setiap rancangan   penyusunan, perumusan, pembahasan,
                     membentuk undang-undang   undang-undang dibahas oleh Dewan   pengesahaan, pengundangan, dan
                     dari Presiden kepada      Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk   penyebarluasan. Segenap proses inilah
                     DPR, merupakan langkah    mendapat persetujuan bersama.”   saya menyebutnya dengan “Politik
             Pkonstitusional yang meletakan       Atas dasar kekuasaan yang signifikan   Legislasi”.
              secara tepat fungsi lembaga tersebut   itu, DPR mempunyai fungsi legislasi   Politik Legislasi merupakan salah satu
              sesuai dengan bidang tugasnya    sebagaimana diatur dalam Pasal   unsur penting disamping unsur-unsur
              masing-masing. Dengan pergeseran   20A Undang-Undang Dasar Negara   lainnya dalam rangka pembangunan
              kewenangan itu, sesungguhnya     Republik Indonesia Tahun 1945. Fungsi   hukum nasional. Pembentukan undang-
              ditinggalkan juga Teori Pembagian   legislasi dimaksud dilaksanakan sebagai   undang merupakan suatu proses yang
              Kekuasaan (distribution of power)   perwujudan DPR selaku pemegang   dinamis yang terus menerus mengalami
              dengan prinsip supremasi MPR yang   kekuasaan membentuk undang-   perubahan sesuai dengan dinamika
              sebelumnya dianut menjadi Pemisahan   undang. Pembentukan undang-undang   masyarakat, lebih-lebih pada era
              Kekuasaan (separation of power) dengan   sebagaimana dimaksud, meliputi   globalisasi yang dipacu oleh kemajuan
              prinsip saling mengawasi dan saling   kegiatan perencanaan, persiapan, teknik   teknologi informasi yang menjadikan
              mengimbangi sebagai ciri yang melekat.
                 Pergeseran kekuasaan membentuk
              undang-undang tersebut juga secara   Pembentukan peraturan perundang-undangan secara ideal dilandasi paling
              langsung meningkatkan beban dan                        tidak  oleh 3 (tiga) hal, yaitu :
              tanggung jawab DPR, serta menunjukkan
              bahwa peran DPR dalam sistem                  01
              ketatanegaraan Indonesia menjadi                                 Asas-asas pembentukan peraturan
              semakin signifikan dalam upaya                                   perundang-undangan yang baik;
              menyalurkan aspirasi masyarakat. Hal
              itu membawa konsekuensi bahwa DPR             02                   Politik legislasi pembentukan
              lebih pro-aktif dalam pembentukan                                  peraturan perundang-undangan
              undang-undang, walaupun dalam                                      yang baik; dan
              prosesnya tetap melibatkan Presiden
              melalui mekanisme pembahasan untuk
              mendapatkan persetujuan bersama.              03                      Sistem pengujian peraturan
              Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Dasar                                 perundang-undangan yang
              Negara Republik Indonesia Tahun 1945                                  memadai.

              42  PARLEMENTARIA  163 XLVIII 2018
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47