Page 44 - MAJALAH 136
P. 44
PROFIL
Surahman Hidayat
JEJAK LANGKAH
SANG KYAI
Politik merupakan media dakwah dalam perjuangan
untuk agama dan negara. Mungkin, itulah salah
satunya yang membuat Surahman Hidayat akhirnya
memilih menjadi politisi. Anak desa yang dulunya
“hoby” ngarit itu berhasil mewujudkan mimpinya
menimba ilmu di Kairo. Kini, Ia berlabuh di Senayan
menjadi Ketua MKD (Mahkamah Kehormatan
Dewan) untuk membangun bangsa tercinta.
ika bisa diibaratkan, Surahman kerupuknya. Wah nikmat sekali saat
Hidayat tumbuh bak bunga itu. Alhamdulillah pemilik kebun
yang dirawat dengan sangat tidak marah, mungkin karena kami
Jbaik oleh kedua orangtuanya makannya juga tidak terlalu banyak, jadi
di taman kehidupan anak-anak yang pemilik kebun juga memaklumi,” kisah
penuh dengan nuansa religius dan Surahman kepada Parlementaria yang
kebijaksanaan. Betapa tidak, sang ayah menemuinya di ruang tamu pimpinan
yang seorang guru agama sejatinya MKD DPR RI, Senayan Jakarta.
membebaskan anak ketiganya itu Sekembalinya dari sekolah, usai
dari segala pekerjaan rumah. Sang makan dan sholat Zuhur, Surahman
ayah hanya mewajibkannya anaknya kecil siap dengan celobong (keranjang-
untuk tidak melupakan sholat lima red) dipundaknya untuk bergegas
waktu, mengaji dan belajar. Meski mencari rumput. Ya, meski tidak diwa-
demikian, layaknya teman-teman jibkan oleh sang ayah, namun ia tidak
sebayanya, Ia tidak bisa dilepaskan dari pernah lupa mengarit, mencari rumput
segala rutinitas kehidupan masyarakat untuk pakan ternaknya. Bahkan karena
setempat. keuletannya itu, kambing milik nya yang
semula hanya sepasang, ber tambah
Ngarit Rumput menjadi dua puluh ekor. Dan ketika
Masih diingatnya pagi hari Idul Adha tiba ia siap men jual ternaknya
Surahman berangkat sekolah di SDN itu, dan sebagian ia kur bankan untuk
03 Sindanghayu, Banjarsari, Ciamis. dibagikan ke fakir miskin.
Jawa Barat. Di sekolah saat jam istirahat Malam hari, kedua orangtua
tiba ia bersama beberapa rekannya Surahman mewajibkannya untuk belajar
sengaja bermain di kebun samping milik dan mengaji. Tak heran jika kemudian
tetangga sebelah sekolah. Kebetulan nilai Surahman di sekolah selalu baik.
ketika itu Kebun tengah dipenuhi oleh Bahkan saat di kelas lima sekolah dasar,
buah timun yang siap dipanen oleh ia melihat kakak kelasnya mengantri
sang empunya. Surahman dan teman- foto untuk keperluan kartu ujian. Saat
temannya itu masuk dan memetik buah itu ia tertarik untuk ikut difoto.
ketimun itu dan langsung melahapnya. Ketika itu sang guru langsung
“Saya bertugas mengambil menjelaskan, jika ia ingin difoto berarti
foto: rizka
ketimun itu, dan teman saya membeli ia harus ikut ujian bersama kakak
44 l PARLEMENTARIA z EDISI 136 TH. XLVI - 2016