Page 45 - MAJALAH 136
P. 45
kelasnya. Bahkan gurunya itu jua
yang mendorong Surahman untuk
mengikuti ujian tersebut. Sampai di
rumah utarakan keinginannya tersebut
kepada kedua orangtuanya. Sang ayah
pun memberi respon positif, karena
selama ini nilai pelajaran Surahman pun
sangat baik. Singkat cerita, bersama
kedua temannya ia mengikuti ujian
kelulusan dengan siswa kelas enam
lainnya di kantor kecamatan.
Tibalah pengumuman ujian ter-
sebut. Sayangnya, kenyataan ber-
banding terbalik dengan apa yang
diharapkannya sebelumnya. Surahman
dinyatakan tidak lulus. Sementara
kedua temannya dan seluruh kakak
kelasnya di kelas enam dinyatakan lulus. foto: kaka/hr
Sedih, sudah pasti. Namun ia sangsi
kemurnian nilai tersebut. Pasalnya,
m
aat me
S
menjelang ujian ia menambah jam Saat memimpin sidang MKD
belajarnya. Tidak hanya itu, ia pun
yakin sekali dapat menjawab seluruh sekolah biasanya. Dua tahun terakhir Usai lulus PGAP, Surahman
pertanyaan dalam ujian tersebut ia harus menetap di asrama atau melanjutkan sekolah PGAA (Pendidikan
dengan baik. Surahman pun langsung pondokan. Meski kemudian karena guru agama atas) di tempat yang
mengutarakan kesedihannya itu kepada prestasinya ia hanya melalui pendidikan sama, PUI (Persatuan Umat Islam).
sang ayah. Senada dengan Surahman, selama tiga tahun. Tujuannya hanya satu, ingin lebih
sang ayah pun tak yakin bahwa putranya Di PGAP inilah jiwa aktivis Surah- memperdalam agama, khususnya kitab
tersebut tidak lulus ujian. Tak ingin man muncul. Ia mulai mengikuti kuning. Pasalnya di sekolah itu selain
menunggu waktu lama, sang ayah pun berbagai organisasi siswa maupun mengajarkan pelajaran umum yang
langsung menemui guru Surahman di ekstrakulikuler, seperti keagamaan masuk dalam kurikulum di Departemen
sekolah. Bahkan ia minta diperlihatkan (Rohis: rohani Islam). Nama Surahman Agama (sekarang Kemenag), juga
kertas jawaban putranya. Karena tak semakin dikenal di sekolah tersebut. mengajarkan tentang agama.
dapat memperlihatkan kertas jawaban Hingga kemudian ia masuk sebagai “Saat itu kebetulan ayah saya
Surahman, sang guru pun berjanji salah satu kandidat KMU (Ketua pengurus di PUI, paman saya juga
akan kembali memeriksa ulang kertas Murid Umum, saat ini OSIS). Saat seorang Kyai. Ketika bertemu,
jawabannya. itu dikisahkannya, ia tidak banyak keduanya sering bertanya tentang
Uniknya, dua hari setelah pe ngu- berharap dari pemilihan tersebut. Kitab Kuning. Karena saya belum
muman ketidaklulusannya, Surahman Pasalnya, salah satu calon kandidat mendalami hal itu jadi tidak bisa banyak
malah mendapat kabar yang bertolak KMU merupakan siswa berprestasi menjawab. Malu rasanya. Makanya,
belakang. Ia dinyatakan lulus dengan dalam bidang olahraga. Konon, ia saya bertekad untuk memperdalam
nilai terbaik. Artinya, Surahman berhasil menjadi idola di tengah murid sekolah kitab kuning ketika itu,” ungkap pria
melanjutkan ke sekolah menengah tersebut. Dewi fortuna pun akhirnya kelahiran Ciamis, 13 Mei 1957.
pertama (SMP) tanpa terlebih dahulu berpihak padanya. Surahman terpilih Memasuki masa kuliah, awalnya
harus menduduki kelas enam. menjadi KMU (saat ini Ketua OSIS). ia ingin sekali sekolah di kota pelajar,
Berkat prestasi akademiknya yang Yogjakarta. Namun karena keterbatasan
Belajar Kitab Kuning selalu menjadi bintang kelas, dan perekonomian kedua orangtuanya,
Memasuki masa SMP, pilihannya aktivitasnya di berbagai organisasi ia urung hijrah ke kota tersebut.
jatuh kepada PGAP (Pendidikan Guru murid, saat di kelas 3 PGAP pihak Oleh kedua orangtuanya, Surahman
Agama Pertama, setingkat SMP). Saat sekolah mengijinkan Surahman dimasukkan ke kampus Institut Agama
itu dimatanya ia melihat sosok sang untuk mengikuti ujian kelulusan yang Islam Darussalam yang masih berada
ayah yang seorang guru agama begitu seharusnya diikuti oleh siswa kelas 4 di di kota kelahirannya, Ciamis. Disana
hebat dan terhormat di masyarakat. PGAP itu. Namun sebelumnya selama ia mengambil jurusan syariah atau
Hingga ia ingin sekali mengikuti jejak satu semester (enam bulan) ia harus hukum Islam. Meski menimba ilmu di
sang ayah menjadi guru agama. Di mengikuti pelajaran di kelas 4. Lagi- kampus yang mengajarkan tentang
PGAP-PUI (Persatuan Umat Islam), lagi, Allah SWT mengijabkan doanya. agama, namun sebagai mahasiswa ia
Banjarsari yang notabene tempat sang Surahman yang memang terkenal dikenal cukup kritis. Bahkan ia pun
ayah mengajar ini Surahman harus memiliki otak yang tokcer itu tidak kalah termasuk aktivis kampus. Surahman
menjalani pendidikan selama empat dengan kakak kelasnya. Ia dinyatakan aktif di organisasi Senat mahasiswa,
tahun. Dua tahun ia jalani sebagaimana lulus dalam ujian kelulusan PGAP itu. resimen mahasiswa dan berbagai
PARLEMENTARIA z EDISI 136 TH. XLVI - 2016 l 45