Page 39 - MAJALAH 130
P. 39

memiliki hak paten. Kemudian UU itu
            mengalami beberapa kali revisi (1989,
            1991, dan 1997 dan 2001) sesuai perkem­
            bangan masyarakat dan 2015 ini.
               “Dalam revisi ini memiliki beberapa
            kelebihan antara lain berpihak kepada
            inventor termasuk PNS (pegawai negeri
            sipil) dan UKM, memberi kemudahan
            pada masyarakat untuk memohonkan
            hak paten secara online, mendukung
            pembagian keuntungan (benefit) yang
            adil,” kata Razilu.
               Selain itu  ada penolakan terhadap
            perpanjangan hak paten meski sudah
            melewati kontrak misalnya 20 tahun
            (obat­obatan), dan setelah itu obat itu
            masih bisa dimanfaatkan, maka tidak
            boleh lagi diperpanjang. “Kalau dulu
            bisa diperpanjang 20 tahun lagi, na­
            mun dalam revisi sekarang ini tidak bisa
            lagi. Bahkan pemilik hak paten harus
            mengelaborasi (meng­close) karyanya itu
            agar bisa menjadi inspirasi untuk mela­  Diskusi Forum Legislasi bersama wartawan DPR mengenai RUU Paten di Press Room DPR
            hirkan karya baru lagi bagi masyarakat,”                            undang­undang paten itu sendiri. Sebab,
            ungkapnya.                         DALAM REVISI INI MEMILIKI        jika salah dalam menentukan kebijakan,
               Karena itu menurut Razilu, bukan                                 hal tersebut justeru akan membuka ru­
            hal yang diharamkan untuk mengkopi    BEBERAPA KELEBIHAN            ang bagi praktik monopoli. “Paten salah
            paste (copast­mengkopi­jiplak­meniru)   ANTARA LAIN BERPIHAK        satu source monopoli,” kata Telisa.
            hak paten selama hak paten itu tidak                                  Telisa juga menambahkan peme­
            didaftarkan di Indonesia, karena hukum   KEPADA INVENTOR            rintah perlu memberikan perlindungan
            berlakunya hak paten itu bersifat lokal,   TERMASUK PNS (PEGAWAI    bagi usaha kecil menengah (UKM) di re­
            teritorial.                                                         publik ini. “UKM bidang teknologi misal­
               “Setiap tahunnya terdapat 2 juta hak   NEGERI SIPIL) DAN UKM,    nya, yang mau mendaftarkan patennya,
            paten di dunia yang didaftarkan. Jadi,   MEMBERI KEMUDAHAN          jangan dikenakan biaya mahal,” tandas­
            hanya dalam perlindungan yang tidak                                 nya.
            boleh ditiru, maka kalau mau mengkopi   PADA MASYARAKAT UNTUK         Menurut Telisa, pembelajaran mau­
            1.990.000,­ hak paten yang ada di dunia   MEMOHONKAN HAK PATEN      pun invosi yang terjadi pada sektor
            selama tidak didaftarkan di Indonesia,                              tersebut masih menggunakan cara­cara
            tidak ada pelanggaran hukum,” jelasnya. SECARA ONLINE, MENDUKUNG    meniru. “Di Indonesia belajar masih me­
               Perlu diketahui hak paten adalah hak   PEMBAGIAN KEUNTUNGAN      lalui copy paste mungkin itu yang perlu
            eksklusif yang diberikan oleh negara                                diberi  ruang. Jangan sampai ruang ger­
            kepada inventor atas hasil invensinya   (BENEFIT) YANG ADIL         ak kita bener­bener limited sekali,” ujar
            di bidang teknologi, yang untuk selama                              Telisa
            waktu tertentu melaksanakan sendiri                                   Selain itu, lanjut Telisa, UU Paten ini
            invensinya tersebut kepada pihak lain   atau proses, atau penyempurnaan dan   harus menjadi inovasi dan sederhana.
            untuk melaksanakannya.            pengembangan produk atau proses.   Seperti di China dan Indonesia sama
                “Jadi, yang dipatenkan adalah terkait   “Sanksinya, bukan saja sanksi perdata   dengan China, penduduknya sama­sama
            MIPA (matematika dan ilmu pengeta­  tapi juga pidana. Karena itu tingkatkan   besar, negara kepulauan yang besar, dan
            huan alam). Tapi, bukan ilmu sosial poli­  peniruan dan hentikan pemalsuan,”   kita hanya baru belajar dan masih copas.
            tik, ekonomi, agama, budaya,” katanya.  pungkasnya.                   “Pada prinsipnya jangan korbankan
               Invensi adalah ide inventor yang   Sementara itu Pengamat Ekono­  UKM, tidak ada monopoli dan sanksi
            dituangkan ke dalam suatu kegiatan   mi Universitas Indonesia, Telisa Aulia   yang berat, karena sanksi itu menujuk­
            pemecahan masalah yang spesifik di   Falianti mengatakan bahwa ada hal­hal   kan kepatuhan terhadap hukum,” pung­
            bidang teknologi, dapat berupa produk   yang perlu diperhatikan terkait revisi   kasnya. (NT) FOTO: DENUS/PARLE/IW



                                                                                          EDISI 130 TH. XLV, 2015  39
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44