Page 35 - MAJALAH 130
P. 35

Sukmalalana, Analis di Bagian Analisa Pemeriksaan BPK & Pengawasan DPD








                                                                                ayaan pembangunan infrastruktur yang
                                                                                bersumber dari APBN adalah melalui
                                                                                pinjaman luar negeri.
                                                                                  Akan tetapi, jika kinerja penyera­
                                                                                pannya masih rendah, maka pembiaya­
                                                                                an dari pinjaman luar negeri bukanlah
                                                                                solusi terbaik. Penyerapan yang rendah,
                                                                                akan menimbulkan beban bagi keuang­
                                                                                an dan perekonomian negara jika pem­
                                                                                biayaannya bersumber dari pinjaman
                                                                                luar negeri.

                                                                                ANGIN SEGAR UNTUK
                                                                                INFRASTRUKTUR
                                                                                  Pinjaman luar negeri merupakan salah
                                                                                satu solusi alternatif bagi pembiayaan
                                                                                pembangunan infrastruktur yang lebih
                                                                                baik dibandingkan penerbitan surat
                                                                                utang negara (SUN). Hal ini didasarkan
                                                                                pada argumentasi yang menyatakan
                                                                                bahwa penerbitan SUN yang berlebihan
                                                                                akan banyak menyerap uang dari sektor
                                                                                swasta atau ril, yang dapat menimbulkan
                                                                                perkembangan sektor swasta terhambat
                                                                                dan pada akhirnya dapat memicu inflasi
                                                                                dan perlambatan ekonomi nasional.
                                                                                  Akan tetapi, pinjaman luar negeri
                                                                                selain memberikan keuntungan bagi
                                                                                pembangunan juga memberikan potensi
            kan untuk pembangunan rusun dan   kinerja penyerapannya. Linearnya anta­  kerugian bagi negara. Keuntungan
            penyediaan fasilitas rumah lainnya. Se­  ra penganggaran dan penyerapan men­  pinjaman luar negeri harus dilihat
            dangkan pembangunan infrastruktur   jadi hal penting yang harus diperhatikan   dari syarat dan ketentuan (term and
            bidang konektivitas ditujukan untuk   oleh pemerintah, mengingat kapasitas   conditions) kontrak apakah sesuai untuk
            pembangunan jalan baru, tol, kereta api,   fiskal Indonesia yang masih rendah dan   peruntukannya yaitu resiko, bunga, dan
            bandara, dan lainnya.             sebagian pembiayaan anggarannya ma­  waktu pengembalian yang lebih panjang.
               Peningkatan alokasi anggaran in­  sih bersumber dari pinjaman, khususnya   Sedangkan potensi ker ug ian
            fra struktur yang relatif tajam da­  pinjaman luar negeri.          pinjaman luar negeri adalah seringkali
            lam APBN­P 2015 dan APBN 2016       Berdasarkan paparan Deputi Bidang   ada motivasi politik dan ekonomi dibalik
            menunjukkan keseriusan pemerintah   Sarana dan Prasana Kementerian PPN/  pinjaman luar negeri yang diberikan
            untuk membenahi ketersediaan      Bappenas beberapa waktu lalu, kebu­  oleh negara peminjam. Hitung­
            infrastruktur di Indonesia. Akan tetapi   tuhan pendanaan untuk pembangunan   hitungan untung dan rugi ini harus
            keseriusan tersebut belum begitu ter­  infrastruktur lima tahun ke depan sebe­  menjadi fokus pemerintah sebelum
            lihat jika kita mengacu pada realisasi   sar Rp 5,519.4 triliun yang pendanaannya   memutuskan pembiayaan pembangunan
            belanja modal hingga semester I yang   dapat bersumber dari APBN, APBD,   infrastruktur bersumber dari pinjaman
            hanya baru dihabiskan Rp 22,8 triliun.   BUMN dan Swasta. Untuk pembiayaan   luar negeri.
            Seharusnya pemerintah serius dalam   yang bersumber dari APBN ditargetkan   Dalam APBN 2016, pinjaman proyek,
            merencanakan, menganggarkan hingga   sebesar Rp 2,215.6 triliun.    yang merupakan pembiayaan pem­
            implementasi atau realisasi penyerapan.  Merujuk kepada kapasitas fiskal dan   bangunan infrastruktur, direncanakan
               Mengingat betapa pentingnya per­  penerimaan negara yang masih rendah   sebesar Rp 38,26 triliun atau turun 7,0
            cepatan pembangunan infrastruktur   dan boleh dikatakan tidak sebanding   persen dibandingkan APBN­P tahun
            untuk menggenjot perekonomian dan   dengan kebutuhan Rp 2,215.6 triliun   2015 sebesar Rp 41,15 triliun. Jika
            daya saing nasional, keseriusan peme­  tersebut, sudah pasti salah satu cara   dibandingkan dengan besaran pinjaman
            rintah dalam mengalokasikan anggaran   yang dapat ditempuh oleh pemerintah   proyek di tahun 2014, rencana pinjaman
            infrastruktur haruslah linear dengan   dalam konteks merealisasikan pembi­  proyek di tahun 2016 meningkat cukup



                                                                                          EDISI 130 TH. XLV, 2015  35
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40