Page 63 - MAJALAH 173
P. 63

s O r O tan






                  “Yang kita persoalkan           perlakuan sama. Inilah yang      didominasi maskapai berbiaya
                 harusnya tarif maskapai low-     menyebabkan ekonomi berbiaya     rendah atau sekitar 80 persen
                 cost carrier. Ketika KPPU masuk   tinggi.                         dan maskapai ekonomi full
                 selama enam bulan, tidak           Ekonomi berbiaya tinggi juga   service 20 persen.
                 menemukan apa pun. Dan baru      terjadi ketika lalu lintas di udara   Akan tetapi, semua fasilitas
                 terakhir ini menemukan jabatan   dan lalu lintas di bandara begitu   yang disediakan pemerintah
                 rangkap Direktur Utama (Dirut)   padat. Bahkan, di bandara-       misalnya di bandara lebih
                 Garuda Indonesia yang menjadi    bandara besar seperti Medan,     dikhususkan ke maskapai
                 Komisaris Utama Sriwijaya Air.   Denpasar, Jakarta, pesawat yang   ekonomi full service. “Jadinya
                 Walau ada jabatan rangkap,       ingin mendarat harus berputar-   kebijakan pemerintah yang
                 kan masih ada kompetitor lain,   putar dulu di udara menunggu     harus diubah kebijakan LCC 80
                 yaitu Lion Air. Apakah benar     antrian. Ini memboroskan bahan   persen tidak difasilitasi, yang
                 ada indikasi kartel. Kalau Dirut   bakar.                         mana lebih fasilitasi ekonomi
                 Garuda menjadi Komisaris di        “Mereka tidak bisa mendarat    full service, sehingga LCC harus
                 anak perusahaannya memang        langsung. Ini juga penyebab      membayar semua fasilitas mulai
                 wajar. Saya pikir, kita belum    ekonomi biaya tinggi karena      dari landing fee, garbaratanya,
                 bisa mengatakan ini adalah       menghabiskan bahan bakar.        terminal semuanya harus biaya
                                                                                   ekonomi full service, inilah yang
                                                                                   menyebabkan jadi tinggi,” kata
                                                                                   Bambang.
                                                                                     Menurut Bambang, kondisi
                                                                                   yang ada di Indonesia terbalik
                  InDonESIa BISa mEnConToH BEBERaPa nEgaRa                         dengan kondisi di Malaysia. Di
                                                                                   Malaysia, walaupun maskapai
                 laInnya. DI luaR nEgERI, aDa BanDaRa KHuSuS                       LCC-nya sedikit tapi dia
                 BagI PERuSaHaan PEnERBangan BERBIaya muRaH.                       menyediakan fasilitas di bandara
                                                                                   khusus untuk maskapai LCC. “Di
                 DaRI mulaI lanDIng FEE, aIRPoRT TaX, aPRon FEE,                   Malaysia disiapkan khusus LCC,
                 Dan FaSIlITaS laInnya DIBERIKan TaRIF muRaH.                      jadi semuanya murah. Ini juga
                                                                                   bukan karena BBM mahal, tapi
                 InIlaH alTERnaTIF PEnERBangan yang BISa DIaKSES                   karena runway-nya sedikit jadi
                                                                                   pesawat holding (antre) di atas
                 maSyaRaKaT BIla TIKET PESaWaT laInnya maHal.                      menunggu antrean, sehingga
                                                                                   penggunaan BBM-nya boros,”
                                                                                   jelas dia.
                                                                                     Terkait dengan dugaan adanya
 Anggota Komisi V DPR RI Bambang Haryo. Foto: Arief/jk                             indikasi kartel, Bambang
                 kartel,” jelas Bambang.          Percuma bahan bakar              menyerahkan sepenuhnya
                  Politisi Partai Gerindra ini    diturunkan kalau pengaturan      kepada pemerintah dan Komisi
                 menambahkan, Indonesia bisa      ruang udara termasuk lalu        Pengawas dan Persaingan Usaha
                 mencontoh beberapa negara        lintasnya tidak efektif dan      (KPPU) untuk penyelidikan
                 lainnya. Di luar negeri, ada     efesien, akhirnya mereka harus   lebih lanjut. “Masalah kartel itu
                 bandara khusus bagi perusahaan   antri cukup lama di atas dan     sudah ada yang menangani, oleh
                 penerbangan berbiaya murah.      menghabiskan bahan bakar,”       KPPU, yang mana KPPU akan
                 Dari mulai landing fee, airport   tutur politisi dari dapil Jawa   melakukan pengecekan itu, yang
                 tax, apron fee, dan fasilitas    Timur I itu.                     jelas bahwa ini akibat kebijakan
                 lainnya diberikan tarif murah.     Bambang Haryo menilai,         pemerintah yang membuat
                 Inilah alternatif penerbangan    masih tingginya harga tiket      ekonomi jadi tinggi. Sebenarnya,
                 yang bisa diakses masyarakat     pesawat karena kebijakan         kartel bisa dihentikan
                 bila tiket pesawat lainnya mahal.   pemerintah yang tidak         pemerintah dengan batas atas
                 Sayangnya, perlakuan seperti     pro terhadap maskapai            dan bawah, juga ditambah
                 itu tidak ada di Indonesia.      penerbangan. Dia menjelaskan,    ketentuan dengan normal price-
                 Semua penerbangan diberikan      saat ini di Indonesia masih      nya berapa,” pungkasnya. l pun/es



                                                                             TH. 2019      Edisi 171      parlEmEnTaria     63
                                                                            TH. 2019      Edisi 173      parlEmEnTaria                        63
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68