Page 69 - MAJALAH 109
P. 69

Lonjakan Dinamika               “konspirasi” kepentingan ekonomi  elit sentris pada pemerintahan Orde
                                              politik Internasional (terutama dari  Baru­(yang mengatas namakan ke­
              Sementara Guru Besar Hukum In­  AS dan negara barat lainnya),” tegas  pentingan pembangunan semata,
            ternasional FISIP UI Prof. Zainuddin  Zainuddin.                    jelas tidak strategis.
            Djafar mengatakan, peran strategis
            Indonesia dan kebijakan luar nege­  Di sini kita harus mengacung­     Namun dunia umumnya tidak mau
            rinya mengalami dinamika konteks­  kan jempol pada M.Hatta bahwa  tahu dengan masalah yang dihadapi
            tual dari waktu ke waktu. Hakekat  ketergantungan kita yang terlalu  Indonesia, dunia terus bergerak de­
            dan dimensi politik luar negeri Indo­  jauh dalam hal kapital ternyata  ngan berbagai institusi­institusi yang
            nesia mengalami lonjakan dinamika  hanya membawa malapetaka saja  bersifat regional maupun global.
            kontekstual yang demikian jauh  (Krismon 1997­99). Hal tersebut
            kedepan.                          jelas kalau Indonesia tidak mampu   Sementara Peneliti Badan Pengka­
                                              melakukan introspeksi dan menga­  jian dan Pengembangan Kebijakan
              Menurutnya, dua hal yang men­   wal benar-benar efisiensi dari tran­  Perdagangan, Kementerian Perda­
            jadi penekanan dimensi strategis  saksi utang­utang yang dilakukan­  gangan Miftah Farid mengemu­
            sebagaimana disampaikan oleh  nya, maka kebocoran dan berbagai  kakan, bahwa kecenderungan ker­
            salah satu pendiri bangsa­ Wakil  kebijakan manajemen yang salah  jasama regional maupun bilateral
            Presiden Mohammad Hatta  bahwa  tampak menjadi beban Indonesia.     semakin meningkat, tidak hanya
            politik luar negeri Indonesia akan                                  karena kebutuhan tetapi tidak ja­
            benar­benar menjadi amat strategis   Di era awal pemerintahan Soehar­  rang karena tuntutan perkemba­
            jika Indonesia tidak tergantung pada  to yang pada waktu itu kita demiki­  ngan kerjasama perdagangan yang
            dua hal yaitu pangkalan militer as­  an yakin bahwa, tidak mungkin  dilakukan oleh negara lain.
            ing, dan kapital (bantuan asing).  akselerasi pembangunan nasional
                                              dapat digerakkan dan dilaksanakan   Termasuk Indindonesia, selain su­
                                              dari satu Pelita ke Pelita lainnya –  dah melakukan kerjasama perdaga­
                                              tanpa utang atau dengan apa yang  ngan non­multilateral, saat ini juga
                                              disebut sebagai “bantuan asing”  sedang gencar melakukan studi ke­
                                              dari negara­negara donor di Barat.  mungkinan kerjasama perdagangan
                                              Kebijakan luar negeri yang demikian  dengan negara lain, baik itu dalam
                                              dekat dengan Barat tidak saja bersi­  kerangka regional maupun bilateral.
                                              fat “paradox” dengan rencana awal
                                              pemerintahan Orde Baru, tapi juga   Akhir­akhir ini, kerjasama region­
                                              membuat Indonesia sekaligus terpu­  al maupun bilateral tidak hanya
                                              ruk dalam konteks kondisi ekonomi­  sebagai  komplemen  kerjasama
                                              politik Indonesia secara global.  multilateral, tetapi menjadi suatu
                                                                                kerjasama alternatif akibat stagnan­
                                                      Kebijakan luar negeri     nya perkembangan perundingan di
                                              yang demikian dekat dengan        tingkat kerjasama multilateral.
                                                 Barat tidak saja bersifat
                                                “paradox” dengan rencana          Miftah Farid menambahkan, seja­
                                                 awal pemerintahan Orde         lan dengan semakin meningkatnya
                                                                                kerjasama regional dan bilateral,
                                                 Baru, tapi juga membuat        pro kontra pun bermunculan. Pada
              Namun kata Zaunuddin, harapan        Indonesia sekaligus          pihak yang pro, adanya kerjasama
            Mohammad Hatta tersebut tam­         terpuruk dalam konteks         regional dan bilateral akan men­
            pak tidak dihiraukan, baik di era    kondisi ekonomi-politik        dorong secara politik perundingan
            Soe karno yang ternyata melaku­      Indonesia secara global.       dalam tingkat multilateral.
            kan politik “pengkiblatan” ke pihak
            “Timur”, ditambah utang­utang un­   Kita tidak dapat duduk sejajar    Satu demi satu kerjasama regional
            tuk mengatasi berbagai soal penge­  dengan Barat yang terus membantu  dan bilateral akan menciptakan arus
            luaran negara.                    utangnya pada Indonesia, namun  perdagangan yang semakin terbuka
                                              Indonesia pun sampai kini belum  seperti yang dicita­citakan dalam
              Hal tersebut lebih drastis lagi di­  mampu keluar dari jeratan­jeratan  kerjasama perdagangan multirateral.
            lanjutkan oleh mantan Presiden Soe­  bunga yang harus dilunasi dalam se­  Pada pihak yang kontra, adanya ker­
            harto dengan pinjaman pemerintah  tiap tahun kepada pihak Bank Dunia,  jasama regional dan bilateral dapat
            di IMF yang mencapai 200 milyar  dan diyakini sampai tahun 2014, kita  menciptakan blok­blok diskriminatif
            dolar (1997­99, Krismon), ditambah  masih wajib mencicil bunga hutang  sehingga terjadi sistem perdagangan
            lagi dengan utang­utang swasta,  yang menjadi kebijkan masa lam­    yang tertutup atau tidak efisien.(spy)
            sehingga Indonesia terjerat dengan  pau. Kebijakan yang tampak terlalu   Foto: HR/ Parle/Andri*.


                                                                             PARLEMENTARIA  EDISI 109 TH. XLIV, 2014  69
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74