Page 27 - MAJALAH 159
P. 27

LEGISLASI






            perusahaan besar tetapi lebih     PNBP atas pelayanan publik, PKS juga   sakit dan perguruan tinggi,” kata Elviana.
            mengutamakan kepada petani sawit atau   ingin mengoptimalkan PNBP dari sektor   Elviana menyoroti kebijakan PNBP
            kelompok petani sawit.            Sumber Daya Alam termasuk migas,   terutama yang berkaitan dengan
                                              pertambangan, panas bumi, kehutanan,   pembentukan Badan Layanan Umum
            PNBP tidak Akan Bebani            serta, kelautan dan perikanan.   (BLU). fenomena yang ada saat ini,
            Rakyat                              “PKS memandang optimalisasi    kementerian dan lembaga mencoba
               Anggota Komisi XI Ecky Awal    PNBP dari sektor-sektor ini sebagai   memanfaatkan BLU untuk mendapat
            Muharam menuturkan RUU PNBP yang   operasionalisasi dari Pasal 33 UUD   pembiayaan di luar Anggaran Pendapatan
            baru harus dipastikan tidak membebani   1945. PNBP SDA juga penting untuk   dan Belanja Negara (APBN).
            rakyat. PNBP tidak boleh menjadikan   sustainability atau keberlanjutan   Hal inilah, lanjutnya, yang harus diatur
            negara bebas mengambil pungutan   pembangunan, mengingat sebagian   agar tidak memberatkan masyarakat.
            atas pelayanan yang diberikan kepada   besar objek pungutannya dari sektor   Selain itu, Elviana juga menyinggung
            rakyatnya.                        yang ekstraktif atau tak terbaharui,”   adanya kebijakan Uang Kuliah Tunggal
               “objek PNBP selama ini ialah   terang Ecky.                     (UKT) di Perguruan Tinggi Negeri
            pelayanan publik yang diberikan     Sebagaimana diketahui, selama ini   (PTN). Menurutnya, kebijakan tersebut
            oleh negara mulai dari yang bersifat   PNBP SDA masih jauh dari potensinya.   justru menjadikan PTN lebih mahal
            kebutuhan dasar seperti pendidikan                                 dibandingkan kampus swasta.
            dan kesehatan hingga yang bersifat
            administratif. Disinilah kita harus jeli
            dalam merumuskan jangan sampai UU
            PNBP menjadi celah bagi pemerintah
            untuk mengurangi tanggung jawabnya
            dalam menyediakan pelayanan publik      “Dengan adanya
            yang prima,” ujar Ecky.
               Sebab pelayanan publik adalah      uang kuliah tunggal,
            amanah konstitusi sebagaimana yang   perguruan tinggi negeri
            disebutkan dalam Pembukaan UUD 1945   lebih mahal daripada
            yaitu untuk memajukan kesejahteraan   swasta. Apalagi ada PTN
            umum dan mencerdaskan kehidupan     yang izin BLU. Begitu ada
            bangsa. Idealnya memang pelayanan    BLU, rektor buka biaya
            publik, lanjut Ecky, disediakan negara
            secara cuma-cuma. Tapi jika kemampuan   parkir. Ini yang coba
            negara belum memungkinkan, maka ada      kami pangkas,”
            ruang dimana pengguna layanan dapat
            diminta kontribusinya untuk membiayai        Elviana                                              foTo : DoEH/IW
            sebagian layanan tersebut.              Anggota Komisi Xi DPR Ri
               “Nah secara prinsip PKS ingin agar
            kontribusi ini seminimal mungkin dan   Dalam dua tahun terakhir, PNBP   “Dengan adanya uang kuliah tunggal,
            jika betul-betul diperlukan saja untuk   SDA hanya berkontribusi kurang dari   perguruan tinggi negeri lebih mahal
            meningkatkan kualitas layanan,” ujar Ecky.   setengahnya PNBP. Di 2015 hanya Rp101   daripada swasta. Apalagi ada PTN yang
               Ecky menambahkan, Selain tak kalah   triliyun  dari Rp256 triliyun PNBP, dan di   izin BLU. Begitu ada BLU, rektor buka
            pentingnya dari meminimalisasi pungutan   2016 anjlok hingga sebesar Rp65 triliyun   biaya parkir. Ini yang coba kami pangkas,”
                                              dari PNBP sebesar Rp262 triliyun. Salah   jelasnya.
                                              satu contoh kasus terkait PNBP SDA ini   Lanjut Elviana, hasil dari penerimaan
                                              ialah temuan di tahun lalu dari hasil audit   PNBP dikembalikan pada masyarakat
                                              BPK mengenai tunggakan senilai Rp21   untuk memberikan kualitas pelayanan
                                              triliyun dari lima perusahaan tambang.   yang lebih baik dan transparan, serta
                                              Tunggakan ini berasal dari tagihan negara   dimanfaatkan untuk mendukung program
               “Objek PNBP selama ini         berupa dana hasil produksi batubara   pembangunan selain dari sumber
                                              (DHPB) atau royalti hasil tambang.  penerimaan pajak serta kepabeanan dan
                ialah pelayanan publik          Selain itu, Anggota Komisi XI Elviana   cukai.
                 yang diberikan oleh          berpandangan bahwa PNBP perlu       Diharapkan pembahasan Revisi UU
                negara mulai dari yang        dialokasikan melalui sumber yang   PNBP ini dapat diselesaikan di tahun 2018
                                              tepat. Ia menilai, hal terkait kebutuhan   ini, saat ini Komisi XI tengah melakukan
               bersifat kebutuhan dasar       manusia seperti rumah sakit dan   pembahasan daftar inventarisasi masalah.
                seperti pendidikan dan        kampus sebaiknya dihilangkan dari   Sehingga diharapkan melalui adanya
                                              PNBP. “PNBP ini kan biasanya dari buku   UU yang baru ini mampu menggenjot
                kesehatan hingga yang
                                              nikah, kesehatan, kampus. Kami sedang   penerimaan negara dan mendukung
               bersifat administratif”...     usahakan menghilangkan PNBP dari   pelaksanan target pembangunan dari
                                              kebutuhan dasar manusia, seperti rumah   segi dukungan pembiayaan.   HS/SC

                                                                               159 XLVIII 2018  PARLEMENTARIA 27
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32