Page 56 - MAJALAH 119
P. 56
Menginjak usia 5 tahun, Fadli di-
boyong keluarganya hijrah ke Cisa-
rua, Bogor, Jawa Barat. Dari Ibu
Kota pindah ke alam pedesaan yang
sejuk. Dari tradisi Betawi masuk ke
lingkungan tradisi masyarakat Sun-
da. Di Cisarua, masih banyak sawah
hijau membentang seluas mata
memandang. Pepohonan tumbuh
asri menyejukkan desa. Air sungai
mengalir deras begitu jernihnya.
Di wilayah kabupaten Bogor inilah,
Fadli menghabiskan masa kecil dan
remajanya.
Ayahanda Fadli waktu itu bekerja
sebagai manajer di Hotel Cibulan In-
dah, Bogor. “Suasananya kampung
sekali, akrab, lingkungan masih
asri dan banyak permainan anak.
Masyarakatnya berbahasa Sunda.
Jadi, saya lebih fasih bahasa Sunda
daripada bahasa Minang. Bahasa
Minang saya terbatas dibandingkan
bahasa Sunda. Di Cisarua itu, saya
merasakan betul kehidupan orang-
orang kampung,” kenang Fadli,
adli pernah menjadi Ang- nikahi Ellyda Yatim, dan tinggal di mengingat masa kecilnya.
gota MPR RI dari Utusan rumah orangtuanya di kawasan Bersama sahabat-sahabat kecil-
FGolo ngan mewakili unsur Utan Kayu, Jakarta Timur. Hidupnya nya, ia suka sekali bermain. Hampir
pemuda pada tahun 1997-1999. penuh kesederhanaan. Zonwir be- semua permainan anak ia ikuti. Mu-
Pada Pemilu 2014, ia terpilih men- lum aktif bekerja kala itu. Sementara lai dari main bola, pencak silat, main
jadi anggota DPR RI dari Dapil V sang istri yang juga wanita Minang, gambar, main kelereng, main karet,
Jawa Barat (Kabupaten Bogor) dan adalah mahasiswi di IKIP Jakarta. main sarung, main genteng, sampai
langsung dipercaya menjadi Wakil Sepasang insan ini tak lama dika- main perang-perangan dari bambu
Ketua DPR. Bicara dunia sastra, runiai anak pertama. Hari itu, tangis bebeletokan atau belecon. Namun
budaya, dan sejarah, Fadli adalah bayi memecah kesunyian. Tahmid favoritnya adalah sepak bola. Bila
orang yang tepat untuk diajak ber- tiada henti terucap. Di RS Saint Caro bermain bola, Fadli suka di posisi
bincang. Ia adalah kolektor berbagai lus, Salemba, Jakarta Pusat, bayi striker.
benda yang memiliki nilai seni dan montok berjenis kelamin laki-laki Fadli kecil sempat masuk klub
sejarah tinggi. itu lahir melalui operasi caesar. Saat sepakbola BOCIKA (Bocah Cilik Kam-
Bintang Pelajar lahir bobotnya 5 kg dengan panjang pung Anyar) di Cisarua. Bertanding
Jakarta, akhir 1960-an. Ibu kota 57 cm dan rambutnya lebat. Bayi dengan klub lainnya sering dilaku-
masih terlihat kumuh. Angkutan yang sangat sehat. Hari itu kalender kan. Ia senang sekali bila mampu
umum seperti becak, bemo, helicak menunjukkan tanggal 1 Juni 1971. menjebol gawang lawan. Hampir
(helikopter becak), dan oplet, masih Anak itu diberi nama Fadli. Dalam semua permainan anak-anak sa-
banyak berlalu lalang di jalan-jalan kontes bayi sehat yang ada di rumah ngat disukainya. Kadang sehabis
Jakarta. Lalulintas pun belum sera- sakit itu, Fadli dinobatkan sebagai bermain, ia suka mandi di sungai
mai dan sepadat sekarang. Jakarta pemenang kedua. yang airnya masih jernih dan dingin.
relatif lengang. Gedung-gedung Fadli Zon adalah anak pertama Senang rasanya mengingat masa
pencakar langit belum ada kala dari tiga bersaudara. Masa balita kecil di kampung.
itu. Geliat pembangunan di Jakarta dihabiskan di Jakarta. Dari Utan Memulai pendidikan formalnya,
selalu mengundang perantau ber- Kayu, keluarganya sempat pindah Fadli bersekolah di SD Negeri Cibeu-
datangan dari berbagai daerah un- ke bilangan Dukuh Atas, dekat Ho- reum 3. Setiap hari ia naik mobil
tuk mengadu nasib. tel Shangrila sekarang. Ayahnya me- angkutan umum Colt, angkutan
Adalah Zonwir, pria asal Paya- ngontrak rumah petak di kawasan pedesaan yang mengantarnya ke
kumbuh, Sumatera Barat yang coba Jakarta Pusat tersebut. Dukuh Atas sekolah. Ongkosnya Rp10 sekali
mencari penghidupan di Jakarta. Ia merupakan daerah langganan ban- jalan. Topografi Cisarua yang ber-
adalah guru olahraga dan kesenian jir. Setiap musim penghujan selalu bukit dan berada di dataran tinggi,
di kampungnya. Di Jakarta, ia me- saja banjir menyerbu rumah warga. memaksa anak-anak sekolah harus
56 PARLEMENTARIA EDISI 119 TH. XLIV, 2014