Page 58 - MAJALAH 119
P. 58
tempat kecelakaan di sekitar Mega-
mendung, Cisarua. Sementara Fadli
sempat tak sadarkan diri dengan
tubuh terluka. Tempurung lututnya
bergeser. Ia kembali mengalami pa-
tah tulang. Malam itu juga ia kem-
bali dibawa ke pengobatan tradisi-
onal Cimande.
Fadli belum tahu ayahnya su-
dah wafat. Keesokan harinya, para
kerabat membawanya ke Jakarta
yang ternyata untuk menyaksikan
sang ayah dikebumikan. Seketika
Fadli menangis, tak tahan melihat
ayah tercinta diletakkan di liang
lahat. Di pemakaman Karet Bivak,
Jakarta, sambil ditandu, Fadli ber-
linang air mata. Ia kehilangan sang
ayah dalam kondisi terluka. Musibah
tiada henti menerpa hidupnya. Na-
mun, ia seperti dituntun takdir un-
tuk selamat dari dua kecelakaan
maut secara beruntun.
Tulang Punggung Keluarga
Usai musibah itu, Fadli dan kelu-
arga hijrah kembali ke Jakarta. Fadli
melanjutkan kelas 3 SMP-nya di SMP
Fajar, Utan Kayu, Jakarta. Dibantu
kerabat, keluarganya mengontrak
rumah di Jakarta. Kondisi kaki Fadli
masih dibalut gips dan bertongkat.
Ke sekolah ia bercelana panjang, ti-
dak bercelana pendek seperti siswa
lainnya. Hidup pun terus berlalu me-
ninggalkan kenangan musibah yang
membekas.
musibah yang hampir mengakhiri sangat baik. Hampir setiap hari, be- Setamat SMP tahun 1989, Fadli
hidupnya. Syahdan, ketika itu ia dan berapa temannya mengantar ma- masuk SMA Negeri 31 Jakarta. Masa
kawan-kawan pencinta alam baru teri pelajaran sekolah ke Cimande. setelah ditinggal ayahnya merupa-
pulang dari Pelabuhan Ratu, Suka- Dan Fadli tetap bisa mengikuti pela- kan masa-masa sulit secara ekono-
bumi. Dari Pelabuhan Ratu, mereka jaran sekolah dengan baik. mi. Sebagai anak sulung, ia akhirnya
menumpang mobil menuju ke arah Hingga tiba masa ujian, Fadli su- menjadi tumpuan keluarga. Apalagi,
Bogor. Di tengah jalan, mobil yang dah bisa pergi ke sekolah. Ia tetap ibundanya hanya ibu rumah tangga
ditumpangi berpapasan dengan menjadi juara di sekolahnya. Juara biasa. Di masa remaja ini, ia aktif
bus. Tak dinyana, rem mobil blong kelas dengan nilai ujian tertinggi. mengikuti banyak lomba karya il-
dan seketika bertabrakan dengan Saat yang sama Fadli masih melaku- miah. Bahkan, sudah mampu me-
bus. Fadli yang duduk paling kanan kan berobat jalan ke Cimande. Fadli nulis opini di media massa. Hasilnya
terpental dan terseret. tampak sabar menjalani hari-hari- lumayan untuk membantu ekonomi
Tubuh Fadli penuh luka. Tulang nya dengan kondisi fisik yang serba keluarga dan biaya pendidikan.
kaki patah. Kepala terbentur hingga terbatas. Fadli menyadari perannya di te-
tak sadarkan diri. Ia sempat menga- Pada bulan Ramadan tepatnya 2 ngah keluarga. Ia harus menjadi tu-
lami koma selama 2 hari. Ia dirawat Juni 1986, Fadli dibonceng ayahnya lang punggung untuk ibu dan dua
di tempat pemulihan patah tulang naik motor untuk berobat rutin ke adiknya. Sementara itu, kapasitas
Cimande, Bogor selama 3 bulan. Cimande. Sore itu hujan rintik-rin- intelektualnya terus terasah sema-
Dua bulan pertama tak beranjak tik, tak dinyana musibah kembali sa SMA. Ia suka sekali menghadiri
dari tempat tidur. Lalu belajar jalan terjadi. Motor yang mereka kenda- berbagai seminar yang mengang-
dengan tongkat. Untungnya, Fadli rai dihantam truk pasir dan Fadli kat tema-tema aktual kala itu. Saat
punya teman-teman sekolah yang terseret 11 meter. Ayahnya wafat di duduk di kelas 2 SMA, Fadli sudah
58 PARLEMENTARIA EDISI 119 TH. XLIV, 2014