Page 62 - MAJALAH 82
P. 62
Tanpa Jendela datang dari keluarga bagi penderita autis, khususnya bagi turunkan. “Proteksinya dengan mem-
menengah atas yang tentu terkaget- masyarakat yang tidak mampu. Keun- beri kesempatan kepada film Indo-
kaget melihat realita ini. “Tapi mere- tungan lain akan disampaikan melalui nesia untuk paling tidak tayang dua
ka akhirnya paham, kemudian malah Kak Seto yang mengalokasikan untuk kali akhir pekan. Biasanya kalau sudah
menjadi teman bermain selama perlindungan anak, membantu bea ketemu dua kali Sabtu Minggu hasil-
proses shooting yang berlangsung siswa pelajar dari keluarga miskin, nya cukup lumayan,” katanya.
selama 2 bulan,” jelasnya. Bagi warga serta beberapa rumah baca. Ia juga mendengar kegelisahan
masyarakat lain yang mungkin tidak Seakan tahu pertanyaan selan- para politisi di Senayan yang mengritik
dapat melihat langsung bagaimana jutnya Aditya Gumay menjelaskan bu- film Indonesia yang saat ini didomina-
kehidupan mereka, media film ini bisa kan berarti ia dan timnya tidak dapat si tema horor dan mistis. Baginya sulit
jadi perantara. apa-apa dari film ini. “Kita bisa dapat- melarang apalagi menghadang kon-
Aditya menambahkan sejauh ini lah dari hak rekam DVD, penjualan disi ini, apalagi pasar ternyata meneri-
animo masyarakat di seluruh tanah hak siar televisi dan pemutaran di luar manya. “Bagi saya film harus dilawan
air untuk menonton film keduanya bioskop,” imbuhnya. Hak siar tele- dengan film, gak bisa dengan hanya
ini cukup tinggi. Beberapa undang- visi telah dibeli kelompok MNC yang teriak,” tekannya. Aditya menantang
an nonton bareng telah diterimanya menurutnya nilainya cukup lumayan. pihak-pihak yang peduli dan punya
diantaranya dari pemerintah kota Dijadwalkan mulai tahun depan film uang untuk terjun langsung berin-
Palembang, Palangkaraya dan Ban- Rumah Tanpa Jendela sudah dapat vestasi dibidang ini.
jarmasin. Ada beberapa pesan yang disaksikan di layar kaca. Aditya Gumay juga berharap
mengemuka dari film ini, tentang ke- Sebenarnya perlu tidak proteksi anggota DPR RI dapat mendorong
miskinan, perjuangan anak dengan untuk film Indonesia? Sutradara yang perusahaan untuk menyalurkan ang-
perlakuan khusus – autis, tentang cukup sukses dengan film Emang I- garan CSR atau Corporate Social Res-
kesetiakawanan. Ia mengaku surprise ngin Naik Haji ini terdiam beberapa ponsbility mendukung pembuatan
ketika mengetahui film Rumah Tanpa saat sebelum menjawab, “Proteksi film dengan thema tertentu seperti
Jendala juga mendapat apresiase dari yang konkrit dan wajar boleh saja.” Ia kesetiakawanan. Aditya mengaku se-
Fraksi PKS DPR RI yang khusus meng- menggambarkan ditengah persaingan benarnya punya banyak ide dan sum-
gelar acara nonton bareng beberapa dengan film asing, pengusaha bioskop ber daya, namun selama ini terkenda-
waktu lalu. sering tidak sabar dalam menayang- la pembiayaan. Apalagi para produser
“Saya pikir baik kalau pemerintah kan film Indonesia. Akhir pekan Sabtu, biasanya jarang melirik film-film ber-
dan anggota DPR menonton film ini, Minggu penonton masih ramai, tetapi tema sosial dengan alasan tidak me-
karena realita yang ditampilkan adalah ketika hari Selasa dan Rabu penonton nguntungkan. (iky)
suara dan harapan rakyat yang harus berkurang film biasanya langsung di-
mereka bela,” tekannya. Film ini hanya
mencoba menyampaikan tanpa men-
coba sinis dalam mengkritisi sesuatu.
Bicara tentang seorang anak dengan
mimpi punya jendela, kemudian anak
yang memiliki kebutuhan khusus yang
menjadi jendela bagi keluarganya un-
tuk melihat kenyataan.
Keberhasilan film ini baginya
seakan jadi pembuktian terutama
kepada produser kalau penonton In-
donesia tidak hanya menantikan film
dengan tema horor dan mistis yang
saat ini sangat mendominasi. “Kita
sudah balik modallah. Sekarang ting-
gal menunggu keuntungan yang 100
persen akan disumbangkan untuk
kegiatan sosial,” jelas Aditya. Sejauh
ini beberapa yayasan sosial sudah
sepakat untuk bekerja sama, dianta-
ranya Dompet Dhuafa Republika yang
berjanji akan membangun rumah sakit
| PARLEMENTARIA | Edisi 82 TH. XLII, 2011 |