Page 61 - MAJALAH 82
P. 61

SELEBRITIS


            Surprise Ada                                                                 da  pemandangan  menarik


                                                                                         ketika menyaksikan penon-
                                                                                         ton  dari  salah  satu  bios-
            Nonton Bareng                                                        Akop  21  di  Ibukota  Jakarta
                                                                                 beberapa  waktu  lalu.  Hampir  semua
                                                                                 penonton keluar dengan mata merah,
                                                                                 sebagian masih memegang tisu me-
            Dari DPR                                                             ngusap  mata  memastikan  tidak  ada
                                                                                 lagi  air  mata  yang  tersisa.  Mereka
                                                                                 baru  saja  menyaksikan  film  keluarga
                                                                                 karya  sutradara  Aditya  Gumay,  ber-
                                                                                 judul Rumah Tanpa Jendala.
                                                                                     “Saya tidak bermaksud membuat
                                                                                 film  yang  akan  menguras  air  mata.
                                                                                 Itu sebenarnya film musikal, tapi ka-
                     Aditya Gumay
                                                                                 lau  akhirnya  menyentuh,  ada  yang
                                                                                 menangis itu berarti masih punya jen-
                                                                                 dela hati..,” kata Aditya saat memulai
                                                                                 wawancara dengan Parle Rabu, 9/3.
                                                                                     Ia  kemudian  bercerita  di  pusat
                                                                                 kota  megapolitan  Jakarta,  diantara
                                                                                 rimba  gedung  apartemen  dan  hotel
                                                                                 mewah  yang  menjulang  tinggi,  ma-
                                                                                 sih ada warga negara yang tinggal di
                                                                                 rumah petak yang ukurannya 1,5 x 2
                                                                                 meter. Rumah itu dibangun seadanya
                                                                                 dari triplek bekas, atapnya dari seng
                                                                                 yang  kalau  hujan  dipastikan  bocor.
                                                                                 Semua  tanpa  jendela.  “Itu  mungkin
                                                                                 seluas  kamar  mandi  orang-orang
                                                                                 yang tinggal di apartemen tidak jauh
                                                                                 dari lokasi,” tambahnya.
                                                                                     Lokasinya  di  kawasan  kuburan
                                                                                 Cina  lama,  Menteng  Pulo,  kawasan
                                                                                 Casablanka,  Jakarta  Selatan.  Warga
                                                                                 yang  tinggal  disini  sebagian  besar
                                                                                 pemulung, pekerja kasar di pasar, kuli
                                                                                 bangunan.  Mereka  sebagian  tinggal
                                                                                 bersama  anggota  keluarga,  istri  dan
                                                                                 anak-anak. Mandi, cuci, kakus dilaku-
                                                                                 kan di tempat darurat yang tentu jauh
                                                                                 dari layak. Area pemakaman menjadi
                                                                                 tempat bercengkrama, berbagi cerita
                                                                                 tentang kepahitan hidup tapi kadang
                                                                                 disampaikan dengan nada ceria. “Kita
                                                                                 bisa  juga  menyaksikan  anak-anak
                                                                                 belajar,  mengerjakan  PR  di  makam
                                                                                 beralaskan batu nisan. Karena dalam
                                                                                 rumah  tanpa  jendela,  mereka  tidak
              (film keluarga karya sutradara Aditya Gumay,
              berjudul Rumah Tanpa Jendala)                                      punya  meja  belajar,”  lanjut  Aditya
              “Saya pikir baik kalau pemerintah dan anggota DPR                  yang juga pimpinan Sanggar Ananda
              menonton film ini, karena realita yang ditampilkan                 yang  pernah  melejit  dengan  Lenong
              adalah suara dan harapan rakyat yang                               Bocah.
              harus mereka bela,” tekannya.
                                                                                     Sebagian pendukung film Rumah



               | PARLEMENTARIA |  Edisi 82 TH. XLII, 2011 |
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66