Page 40 - MAJALAH 95
P. 40

adalah untuk melaksanakan Konvensi Je-
           newa Tahun 1949, baik itu dari Konvensi
           I, Konvensi II, Konvensi III, atau protocol
           tambahannya. Secara garis besar, kata
           Anna, RUU Palang Merah ini bertujuan
           untuk Ratifikasi, aksesi atau pengaturan
           mengenai perlindungan kemanusiaan
           dalam masa perang maupun masa
           damai sesuai dengan Konvensi Jenewa
           Tahun 1949 dan Protokol Tambahan.
             Tujuan lainnya, tambah Anna, me-
           ngatur mengenai gerakan Palang Merah
           dan Bulan Sabit Merah untuk mencapai                               Rapat RUU Lambang Palang dengan  Ketua PMI Jusuf Kalla
           kegiatan-kegiatan kepalangmera-
           han yang memiliki misi kemanusiaan   tersebut maka, perlu memperjelas me-  untuk  menggunakan salah satu lambing
           berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang   ngenai posisi Indonesia dalam melaku-  diantara lambang yang diakui, yaitu
           diakui gerakan Palang Merah dan Bulan   kan aksesi Konvensi-Konvensi Jenewa   Palang Merah, Bulan Sabit Merah, atau
           Sabit Merah International, mengatur   1949 dan Protokol-Protokol Tamba-  Kristal Merah,”ujar Anna.
           mengenai satu perhimpunan nasional   hannya, serta perlu memetakan dan   Berdasarkan pertimbangan tersebut,
           di Indonesia, dan mengatur mengenai   mengkaji substansi Protokol Tambahan   terang Anna, maka perlu perumusan
           lambing serta penggunaan lamang   apa saja yang dapat dilakukan aksesi   peraturan mengenai lambang Palang
           Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.  sesuai dengan kepentingan nasional   Merah sebagai lambang resmi yang
             “Berkaitan dengan RUU tentang   Indonesia,”jelas Politis dari Partai Ke-  digunakan Indonesia baik oleh tenaga
           Palang Merah tersebut, terdapat   bangkitan Bangsa ini.             kesehatan militer maupun perhimpunan
           beberapa persoalan yang memerlukan   Pembahasan lebih mendalam juga   nasional Palang Merah, Pengaturan
           masukan dan penggalian data yang   ada pada Lambang Palang Merah,   mengenai bentuk lambang Palang
           lebih mendalam mengenai Ratifikasi   menurut Anna, berdasarkan Konvensi   Merah yang digunakan oleh Indonesia,
           atau Aksesi Konvensi-Konvensi Jenewa   Jenewa 1949, Protokol Tambahan, dan   serta pengaturan mengenai lambang
           1949, Lambang Palang Merah, Penggu-  Aturan/Kesepakatan Federasi Interna-  Palang Merah sebagai tanda pelindung
           naan Lambang Palang Merah, Perhimpu-  tional Perhimpunan Palang Merah dan   dan tanda pengenal.
           nan Nasional Palang Merah, Larangan,   Bulan Sabit Merah (International of Red   Anna menambahkan, dalam RUU
           Ketentuan Sanksi, serta Pokok Persoalan   Cross and Red Crescent Societies/IFRC)   ini nantinya perlu dilakukan perumusan
           lain,”jelas Anna yang juga Wakil Ketua   dan Komite International Palang Merah   mengenai larangan dalam penggunaan
           Badan Legislasi (Baleg) DPR ini.  (International Committee of the Red   lambang Palang Merah dan Bulan Sabit
             Lebih lanjut ia menambahkan, salah   Cross/ICRC) diatur mengenai lambing   Merah untuk keuntungan tertentu se-
           satu dasar melakukan penyusunan RUU   gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit   perti keuntungan militer dan kepenti-
           tentang Palang Merah ini adalah adanya   Merah.                     ngan komersial suatu produk barang
           Konvensi Jenewa 1949 dan Indonesia   “Pada satu negara hanya diakui   dan jasa.
           memang telah melakukan aksesi ter-
           hadap konvensi-konvensi Jenewa 1949
           dengan UU No.59 Tahun 1958 tentang                              Ketua PMI Jusuf Kalla (tengah) saat mengikuti  rapat di DPR RI
           Pengesahan Konvensi-Konvensi Jenewa
           1864.“Setelah melakukan aksesi, pada
           kesempatan international selanjutnya
           disepakati adanya tiga Protokol Tamba-
           han yang sampai saat ini belum di aksesi
           oleh Indonesia,”tegasnya.
             Ia menambahkan, pada saat ini UU
           No.59 Tahun 1958 sudah tidak sesuai
           lagi dengan dinamika hukum dan ma-
           syarakat, disamping itu, Indonesia juga
           belum melakukan aksesi terhadap Proto-
           kol Tambahan, baik Protokol Tambahan
           I, II, dan III. “Berdasarkan pertimbangan


                                                                              | PARLEMENTARIA  |  Edisi 95 TH. XLII, 2012 |  1
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45