Page 34 - MAJALAH 174
P. 34
PR OFIL
penempatan sampah-sampah di luar negeri. Namun, akhirnya mudah baginya.
itu berdasarkan jenisnya, karena ia memilih Fakultas Kedokteran, Di luar aktivitas perkuliahan,
dianggap merepotkan. Tapi, dalam Universitas Trisakti, Jakarta. bersama teman-teman
pandangan NoRiYu itu penting Sebelumnya, ternyata ia sempat mahasiswanya, NoRiYu menggagas
untuk memudahkan indentifikasi diterima di Fakultas MIPA, UI, penerbitan majalah di fakultasnya
sampah yang bisa didaur ulang dan Depok. Namun, tak ia ambil karena yang diberi nama KOMET
tidak. dalam pandangannya lulusan (Komunikasi Medikal Trisakti).
Terbukti, kini di berbagai tempat MIPA akan menempatkannya Konsultan World Health Organization
selalu ada dua sampai tiga tempat pada profesi yang serius, seperti (WHO) itu, senang bisa kembali
sampah berdampingan untuk ilmuwan dan peneliti. Sementara, menumbuhkan tradisi menulisnya
menempatkan sampah berda- ia masih mengejar obsesinya lewat KOMET. Tapi, kesibukan
sarkan jenisnya. NoRiYu sudah sebagai penulis profesional. kuliah di fakultas kedokteran begitu
melakukan hal kecil dan seder- Tahun-tahun pertama kuliah menyita waktu. Akhirnya, KOMET
hana, namun sesungguhnya sangat di Fakultas Kedokteran, NoRiYu hanya terbit delapan edisi. Setelah
besar bagi kelestarian lingkungan. sempat bimbang. Ia khawatir itu tak lagi beredar.
Untuk pelestarian lingkungan ini, tak bisa mengikuti kuliah ilmu Ketika memasuki masa-masa
ia bekerja sama dengan Wahana kedokteran. akhir perkuliahan, NoRiYu sempat
Lingkungan Hidup (Walhi). Bila “Sebenarnya enggak mau magang di RS Jiwa Soeharto
sampah di sekolahnya sudah jadi dokter. Saya maunya jadi Heerdjan, Grogol, Jakarta. Dan
penuh, NoRiYu segera mengabar- penulis,” tuturnya penuh senyum. ia merasa cocok dengan dunia
kan Walhi untuk mengambil NoRiYu sempat berkomitmen kedokteran jiwa. Baginya,
tumpukan sampah di sekolah. pada dirinya, bila nilai kuliahnya menyelami kedokteran jiwa seperti
Waktu terus berlalu. Selepas buruk, ia akan berhenti kuliah. menyelami dunia filsafat. “Saya
lulus SMA tahun 1995, NoRiYu Tapi, melihat nilainya sangat baik, suka filsafat dan psikologi. Saya
masih bingung ke mana ia harus ia pun melanjutkan kuliahnya juga suka yang berbau misteri. Bagi
melanjutkan studi. Sementara di fakultas kedokteran. Bahkan, saya, pikiran manusia itu misteri
teman-teman SMA-nya sudah NoRiYu dipercaya menjadi asisten dan jadi bagian yang menarik
pergi menuntut ilmu ke luar negeri. laboratorium di fakultasnya. Kuliah untuk diselami,” kilah NoRiYu
Ibundanya malah melarang kuliah di fakultas kedokteran pun terasa memberi argumentasi.
Masalah jiwa adalah masalah
yang sangat komplek. Di media
massa cukup banyak berita
pemasungan orang-orang dengan
gangguan jiwa. Ditambah, ia
sempat membaca Majalah Time
yang menempatkan Indonesia
sebagai negara paling buruk
karena minim fasilitas pelayanan
kesehatan jiwa. Semua itu
menggelitik nalurinya untuk
menyelami kesehatan jiwa.
Tekadnya sudah kuat. Ia pun
menegaskan pilihannya pada
kedokteran jiwa. Setelah lulus dari
FK Trisaksti tahun 2002, dosen
Ilmu Kedokteran Jiwa, FK UPN
Veteran, Jakarta, itu melanjutkan
studinya di Program Pendidikan
Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa, UI.
Bahkan, S3 ia mengambil Program
Kesehatan Masyarakat pada
Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI.
Meraih gelar Doktor di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI). Tampak dalam foto, Ia diapit oleh Okky Dan Juli 2019 lalu NoRiYu meraih
Asokawati (kiri) dan Melani L Suharli (kanan). Foto: Doc.
34 PARLEMENTARIA EDISI 174 TH. 2019