Page 58 - MAJALAH 116
P. 58
Setamat SMA tahun 1977, Hen- selalu tinggi. Pada 1981, ia dino- Kedubes Belgia untuk melanjutkan
drawan muda melanjutkan ke batkan sebagai mahasiswa teladan. studi S2 di Katholieke Universiteit te
Fakultas Ekonomi, Universitas Kris- Ketika lulus menjadi sarjana muda, Leuven, Belgia. Anggota Dewan Ri-
ten Satya Wacana (UKSW) Salatiga, ia diangkat menjadi asisten dosen. set Nasional itu, mengambil studi Fi-
Jateng. Prestasi yang mumpuni se- Untuk menambah uang sakunya, ia nancial Management. Kali pertama
bagai pelajar tentu memudahkan juga mengerjakan proyek penilitian menginjakkan kaki di Kota Leuven,
dirinya melanjutkan studi ke pergu- dan mengajari bahasa Indonesia un- Belgia, ia takjub melihat kota yang
ruan tinggi. Keluarga besarnya me- tuk orangorang Australia. Dengan begitu bersih dan tertib.
mang sangat mendorong ia menjadi penghasilan itu, Hendrawan tak
mahasiswa. Padahal, semua kakak lagi membebani sang kakak yang “Saat berangkat ke Belgia, saya
dan adiknya malah menjadi peda- menanggung biaya kuliahnya. bawa Indomie di tas. Padahal, di
gang. Sebelumnya, ia hampir saja Belgia semua sudah tersedia. Bah-
bekerja sebagai supir untuk mobil Saat berangkat kan lihat salju saja, saya selalu ingin
kakaknya, karena khawatir tak ada ke Belgia, saya bawa pegang,” kenangnya, tersenyum.
yang membiayai kuliah. Indomie di tas. Padahal, Pada 1986, Hendrawan lulus dan
“Cuma saya satu-satunya dari 13 di Belgia semua sudah mendapat gelar MBA. Gelar aka-
demik tersebut sangat bergengsi
bersaudara yang lulus hingga sar- tersedia. Bahkan lihat apalagi didapat dari universitas ter-
jana. Selebihnya hanya SMA terus salju saja, saya selalu nama di luar negeri.
jadi pedagang,” akunya lebih lanjut.
Sempat juga ada yang tak setuju ingin pegang. Usai menyelesaikan studi S2 di
ia kuliah, karena setinggi apapun Belgia, dia kembali ke almamater-
pendidikannya pasti jadi pedagang. nya dan langsung diangkat menjadi
Langkah Hendrawan menjadi aka- Tahun 1983, Hendrawan akhirnya Pembantu Dekan (Pudek) I FE UKSW.
demisi boleh jadi merubah tradisi meraih gelar S1. Setelah itu, Hen- Karirnya sebagai akademisi terus me-
dan persepsi keluarga Tionghoa drawan sempat mendapat tawaran lejit. Tahun 1989, mantan anggota
yang punya kecenderungan berki- bekerja sebagai jurnalis di Majalah GMKI itu diangkat menjadi dekan.
prah sebagai pedagang. Tempo dari Arif Budiman. Semen- Dan ternyata pengangkatannya se-
tara Dekan FE UKSW John Ihalauw bagai dekan mencatatkan dirinya se-
Memilih jurusan manajemen saat memintanya agar menjadi dosen bagai dekan termuda Museum Rekor
kuliah, harapan Hendrawan bisa di almamaternya itu. Namun, Hen- Indonesia (MURI). Usianya saat itu 29
menjadi pemimpin sebuah peru- drawan mendapat beasiswa dari tahun. Sampai kini, rekor tersebut
sahaan. Selama kuliah di UKSW, ia
aktif di berbagai organisasi. Sebagai
aktivis kampus, pemuda Hendrawan
pernah menjadi Ketua Dewan
Redak si koran kampus bernama
“Gita Mahasiswa”. Sebagai intelek-
tual muda, ia juga aktif berdiskusi
tentang tema-tema strategis masa
itu dalam kelompok diskusi maha-
siwa.
Bahkan, di masa awal menjadi
mahasiswa ia sudah rutin membaca
Majalah Prisma, majalah pemikiran
sosial ekonomi yang diterbitkan
Lembaga Penelitian Pendidikan
dan Penerangan Ekonomi dan So-
sial (LP3S). Majalah ini merupakan
bacaan kaum elit terdidik. Selain
mengasah kapasitas intelektual-
nya, pemuda Hendrawan juga aktif
berteater di kampusnya. Semasa ku-
liah di FE UKSW, ia sangat menyukai
mata kuliah Sejarah Ekonomi.
Yang berbau sejarah pasti sangat
disuka. Nilai akademik Hendrawan
58 PARLEMENTARIA EDISI 116 TH. XLIV, 2014