Page 56 - MAJALAH 116
P. 56

epada reporter M.  Sidareja. Bersama istri tercinta Sri   Terlahir dengan nama Supratikno
                     Husen dan fotografer  Alim, sepasang insan ini sebetulnya  dan belum ada nama “Hendrawan”
                     Iwan  Armanias  dari  sedang menanti kelahiran anak kes-  di  depan  namanya.  Nama  Hen-
                     Parlementaria, ia ber-  ebelasnya.                      drawan ternyata baru disematkan
           Kcerita tetang masa ke-                                           ketika ia sudah duduk di bangku
          cilnya di kampung yang penuh ke-   Pagi masih cerah. Mentari sedang  SMA.  Hendrawan  kecil  tumbuh
          nangan. Nostalgia semasa menjadi  bersinar berseri-seri. Tangis bayi la-  menjadi anak periang dan cerdas.
          mahasiswa juga ia kisahkan dengan  ki-laki seketika memecah kesunyian  Masa kecil Hendrawan dihabiskan
          penuh antusias. Kini, Hendrawan  pagi itu. Kalender yang tergantung  di desa. Bersama sahabat-sahabat
          adalah Anggota Komisi VI DPR RI.  di dinding menunjukkan 21 April  kecilnya, ia suka sekali bermain. Per-
          Malang melintang menjadi akade-  1960. Bayi mungil tersebut kemu-  mainan favoritnya adalah layang-
          misi, akhirnya malah mengantarkan  dian diberi nama Supratikno. Ia lahir  layang, kelereng, mencari ikan, ber-
          dirinya ke panggung politik. Daya  dari ibu kandung yang merupakan  main burung dara, dan sepak bola.
          kritisnya sebagai akademisi tak lun-  istri kedua ayahnya, setelah istri per-
          tur walau sudah menjadi politisi.  tamanya, Kasinah (wanita asli Jawa)   Sebagai anak yang besar di tanah
                                                                                  Jawa, Hendrawan juga sangat
           Jago Catur                                                             suka bermain wayang. Ia sa-
                                                                                  ngat menguasai dunia pewa-
           Sidamulya, 1960. Ini adalah                                            yangan sejak kecil. Dan yang
          desa kecil di Kecamatan Sidare-                                         menarik dari sosok Hendrawan
          ja, Cilacap, Jawa Tengah. Ma-                                           kecil adalah ia jago bermain
          yoritas penduduknya berpro-                                             catur. Kepiawaiannya bermain
          fesi sebagai pedagang dan                                               bidak catur sebenarnya diwa-
          petani. Desa ini berada di per-                                         riskan dari kakaknya yang juara
          batasan antara pusat kota Ci-                                           catur tingkat kecamatan. Seb-
          lacap dan Majenang. Ke sebe-                                            agai pecatur cilik, Hendrawan
          lah barat, berbatasan langsung                                          hampir tak ada pesaingnya
          dengan Pangandaran, Ciamis,                                             di desa. Ia suka mengeli ping
          Jawa Barat. Secara topografis.                                          permainan catur di koran
          Sidamulya merupakan daerah                                              dan menganalisanya. Hampir
          yang datar dan sering menjadi                                           semua pecatur kelas dunia su-
          langganan banjir.                                                       dah dikenalnya sejak kecil.
           Di desa ini mengalir anak                                               Mengawali pendidikan for-
          sungai dari sungai Citandui                                             mal, Hendrawan bersekolah
          yang terkenal itu. Infrastruk-                                          di SD Kristen Sidareja, tak jauh
          tur yang menghidupkan desa                                              dari rumahnya. Setiap hari ia
          adalah rel kereta yang meng-                                            mengendarai sepeda ke seko-
          hubungkan Kota Yogyakarta                                               lah. Hendrawan adalah bin-
          dan Bandung. Karena dilalui                                             tang pelajar di sekolahnya. Ia
          kereta Yogya-Bandung, maka                                              selalu mendapat ranking kelas
          mobilitas masyarakat setem-                                             sejak duduk di kelas 1 sampai
          pat pergi ke dua kota besar                                             kelas 6. Pelajaran yang sangat
          tersebut untuk menuntut ilmu                                            disukainya adalah sejarah. Tak
          atau mencari penghidupan sebagai  wafat. Setelah kelahiran Supratikno,  hanya di sekolah, di rumahnya pun
          buruh pabrik.                    masih ada 2 adiknya yang lahir ke-  ia kerap mendapat pelajaran sejarah
                                           mudian. Jadi, ia adalah anak ke-11  dari sang ayah. Bila ayahnya sedang
           Syahdan, di desa ini seorang pria  dari 13 bersaudara.            bercerita tentang sejarah Indonesia
          Tionghoa tekun menghidupi ke-                                      dan wayang, Hendrawan selalu me-
          luarganya dengan membuka toko      “Keluarga kami keluarga Tionghoa  nyimak dengan serius.
          kelontong. Bersama istri tercinta, ia  yang telah mengalami proses akul-
          mewarisi bakat alami sebagai peda-  turasi dengan budaya lokal. Saya   Saat duduk di kelas 5 SD, ayahnya
          gang kepada anak­anaknya. Adalah  tidak bisa bahasa Mandarin. Justru  wafat. Ekonomi keluarga sempat
          Wijang Joyosumitro sang pedagang  saya bisa berbahasa Jawa, termasuk  terpuruk, karena toko klontonnya
          Tionghoa itu. Di desanya, ia dike-  Jawa berkromo Inggil. Budaya Jawa  tak terurus. Untungnya, sang ibu
          nal sebagai Babah Wijang, sang  seperti wayang itu, saya lebih men-  pandai membuat kue untuk dijual.
          juragan telor. Dia sudah menetap  guasai daripada budaya Tionghoa,”  Hasilnya, lumayan untuk menutupi
          di desa tersebut sejak tahun 1920.  ungkap Hendrawan.              kebutuhan keluarga sehari-hari. Di
          Kediamannya tak jauh dari stasiun                                  rumah, ibundanya membuat bera-


          56 PARLEMENTARIA  EDISI 116 TH. XLIV, 2014
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61