Page 71 - MAJALAH 72
P. 71
SELEBRITIS
Ingrid Kansil :
SIAP TINGGALKAN DUNIA ARTIS
DAN BELA PEREMPUAN
t
rtis rupanya tidak lagi partai. ang pasti r akyat tak ber har ap ke DPR, Ingrid Kansil, mengatakan
a
r
k
a
i
d
u
y
p
n
a
i
t
s
r
a
l
g
Salah satu artis yang berhasil masuk
i
A A di panggung kampanye sekadar dihibur dengan kehadiran mereka sangat menyesali terhadap tanggapan-
k
n
n
a
sekadar menjadi polesan
s
e
j
d
e
m
l
Y Y
Yang pasti rakyat tak berharap
r
a
i
d
o
e
p
a
s
a
a
d
a
a
n
g
u
y
n
g
m
e
i
g
p
n
k
p
de
u.
Bar
di lembaga eksekutif atau legislatif.
r
O
tanggapan miring dari masyarakat yang
seperti massa Orde Baru.
seper
massa
ti
A A A A A A A A ADi zaman reformasi ini,
or
masi
ini,
r
aman
z
ef
Di
berpolitik karena rakyat butuh figur
politik. Dirinya meminta masyarakat
sejumlah selebriti malah beramai-ramai Apalagi kalau ternyata fenomena artis meragukan kualitas artis di kancah
menjadi calon anggota legislatif yang dan kepercayaan baru setelah kecewa tidak memandang sebelah mata terhadap
didaftarkan parpol. Kehadiran para pada caleg yang merupakan para kader para seniman atau artis yang masuk ke
caleg dari kalangan artis ini memang parpol. DPR.
berpotensi mendulang suara. Tapi Ingrid juga menyeseli
sekaligus menggusur peluang kader pember itaan-
yang sudah bertahun-tahun mengabdi pemberitaan di media massa
pada parpol. yang mendiskreditkan
Artis terjun ke kancah politik a r t i s yang
sebenarnya bukan cerita anyar. Di era m a s u k k e
sebelumnya, artis-artis seperti Marissa DPR. Menurutnya,
Haque, almarhum Sophan Sophian, sebelum melakukan
pelawak Komar, dan Adjie Massaid pemberitaan, semua
sudah mencoba peruntungan dan berhasil pihak seharusnya
menjadi politisi di Senayan. Baru-baru melakukan
ini, fenomena sama juga mewabah pada konfirmasi kepada
ajang calon legislatif (caleg). Nama-nama masyarakat sebagai
beken seperti Wanda Hamidah, Ingrid konstituen.
Kansil, atau Nurul Arifin mulai dipinang I ngr id yang
oleh partai politik. Uniknya, sebagian artis berasal dari
yang banting stir ke politik diuntungkan
oleh popularitas mereka sehingga jalan
yang ditempuh pun terbilang instan.
Soal popularitas, artis boleh
jagonya. Namun soal
kompetensi dan keteguhan
melakukan perubahan
politik, artis-artis dicibir.
Alih-alih melakukan
terobosan, banyak pihak khawatir
selebriti yang menjadi calon
legislator akan terjebak dalam
kompromi politik dan tidak dapat
menolak perintah pejabat elit partai.
Pada akhirnya, para caleg artis
tersebut hanya dapat duduk di ring
2 dan 3, sementara pengambilan
kebijakan partai dilakukan di
ring 1. Lebih lanjut, perubahan
sistem sebetulnya harus dimulai
dari perbaikan manajemen
PARLEMENTARIA TH. XL NO. 72