Page 79 - Stabilitas Edisi 195 Tahun 2023
P. 79

ersoalan utang memang selalu
                  menjadi pusat perbincangan
                  di negara ini. Apalagi jika
          Pmenyangkut utang luar negeri.
          Krisis hebat yang menyungkurkan
          ekonomi Indonesia dua setengah
          dasawarsa lalu terus terngiang-ngiang
          jika menyangkut utang luar negeri.
            Seperti saat ini ketika Kementerian
          Keuangan mengumumkan posisi utang       apalagi di tengah
          pemerintah yang sudah mencapai 38,56     KOndisi inflasi as
          persen dari produk domestik bruto, yani
          mencapai Rp7.754,98 triliun. Ditambah   yang terus melOnJaK.
          lagi dengan fakta bahwa utang dari Utang   tentunya ini Jadi ‘pr’
          Badan Usaha Milik Negara (BUMN)       Kita bersama dan di
          yang telah mencapai Rp1.640 triliun pada
          2022. Utang perusahaan-perusahaan      asset management
          negara itu terus meningkat dalam lima     banK Kita sedang
          tahun terakhir terutama pada saat
          pandemi Covid-19 melanda.                me-review untuK
            Menurut data resmi, utang organisasi     melaKuKan Juga
          bisnis pelat merah pada 2021 berada di
          angka Rp1.580 triliun. padahal angkanya   beberapa KOnversi            kartika Wirjoatmodjo,
          pada 2018 dan 2019 masih berada di    untuK mengurangi                 Wakil Menteri BUMN
          bawah level Rp1.000 triliun, yaitu sebesar
          Rp637 triliun dan Rp739,2 triliun.    exposure terhadap
            Peningkatan besaran utang BUMN        dOllar as-rupiah.
          mendapatkan perhatian serius di
          saat kurs dollar AS cenderung terus
          meningkat belakangan ini berbarengan
          dengan kebijakan bank sentral AS yang
          melakukan normalisasi. Hal ini tentu
          memunculkan kekhawatiran ketika nilai
          tukar rupiah menuju arah Rp15.000 per
          dollar AS.
            Oleh karena itu muncul strategi   ketergantungan mata uang terhadap   pendanaan utang yang lebih murah.
          untuk mengalihkan ketergantungan   dollar AS. Dedolarisasi sudah banyak   Meskipun mata uang Garuda
          dengan dollar AS kepada mata uang lain   dilakukan oleh beberapa negara secara   menguat terhadap mata uang lainnya
          yang lebih stabil. Wacana yang saat ini   bilateral dalam kerangka local currency   seperti yen dan poundsterling (GBP)
          mencuat dan disebut sebagai dedolarisasi   settlement (LCS),         maupun euro, mencari sumber dana
          ini memang sedang berlangsung.       Wakil Menteri BUMN, Kartika     di luar dolar AS dianggap perlu untuk
            Sejak 2021 hingga Maret 2023,   Wirjoatmodjo mengungkapkan, tidak   menekan lonjakan utang luar negeri.
          berdasarkan riset Pusat Data dan Analisis   menutup kemungkinan perusahaan   “Ini memang jadi pemikiran buat kita
          Stabilitas, volatilitas nilai tukar rupiah   BUMN diimbau mencari sumber utang   untuk mencari pendanaan dari currency
          terhadap dollar AS semakin meninggi.   dengan mata uang lain selain dolar AS.  lain karena yen maupun euro dan GBP
          Dalam laporan yang bisa disimak di   Menurutnya, keperkasaan nilai   (poundsterling) memang melemah,” ujar
          rubrik riset, instabilitas dollar AS tidak   tukar dollar AS saat ini akibat kenaikan   Kartiko.
          hanya terjadi dalam perekonomian   suku bunga The Federal Reserve       Tiko menyebut, dollar AS yang
          domestik, tapi juga menjadi momok   yang membuat mata uang itu menjadi   nilainya sudah semakin tinggi harus
          buruk bagi perekonomian global.   instrumen safe haven. Penguatan yang   menjadi perhatian. Apalagi di tengah
            Kondisi ini menjadikan adanya aksi   diperkirakan akan terus berlanjut   kondisi inflasi yang terus melonjak
          dedolarisasi dalam rangka mengurangi   membuat BUMN harus mencari    membuat kebijakan The Fed makin


                                                                             www.stabilitas.id   Edisi 195 / 2023 / Th.XVIII  79
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84