Page 59 - Stabilitas Edisi 189 Tahun 2022
P. 59
alam dua tahun terakhir,
sejak pandemi meletup,
ekonomi memang sedang
Dberada dalam todongan
krisis. Biar begitu strategi merger dan
akuisisi ternyata tidak berhenti. Bank-
bank yang memiliki daya tahan dan
imunitas krisis yang besar tetap mampu
mengakuisisi bank lainnya meski
krisis tengah mendera ekonomi. Dan
setelah dua tahun berlalu, fenomena
itu nampaknya akan makin memuncak
hingga akhir tahun ini.
Sebabnya tak lain karena Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor
12/POJK.3/2021 tentang Bank Umum,
akan mencapai batas waktu pemenuhan
pada tahun 2022. Dalam aturan itu
disebutkan apabila ingin mendirikan
bank umum konvensional, modal awal
yang harus dikeluarkan mencapai
Rp 10 triliun. Sedangkan, jika ingin Jadi, masih banyak sebetulnya pasar yang
mentransformasi bank konvensional
menjadi bank digital, maka modal yang bisa digarap oleh bank digital. Itu sebabnya
perlu disiapkan hanya Rp3 triliun. tidak hanya perusahaan teknologi saja yang
Yang terpenting dari aturan itu berlomba-lomba masuk ke sana [bank
dan akan makin mendorong akuisisi,
adalah soal batas pemenuhan modal digital], tetapi juga bank konvensional.
minimum bank sebesar Rp3 triliun
yang harus dipenuhi paling lambat
akhir tahun ini. Bank-bank yang tidak
mampu memenuhinya akan diminta rudiantara, Anggota Steering Committee IFSoc
untuk beroperasi secara terbatas alias
diharuskan menjadi bank perkreditan
rakyat (BPR) saja.
Ketimbang menjadi BPR tampaknya membeli 24 persen saham PT Bank Bumi Akulaku Group, perusahaan peer
pemilik bank lebih nyaman melihat Arta Tbk. to peer lending dan multifinance digital
banknya tetap beroperasi secara nasional Kemudian, perusahaan konglomerasi melalui PT Akulaku Silvrr mengakuisisi
meski harus berbagi kepemilikan media milik keluarga Sariaatmadja yang 24,9 persen saham Bank Yudha Bhakti
atau bahkan menjualnya kepada masih terafiliasi dengan Bukalapak dan yang kini telah berganti nama PT
investor. Setidaknya itulah yang terlihat Grab, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk Bank Neo Commerce Tbk. Terakhir
belakangan ini. (Emtek) mengakuisisi 93 persen PT Bank adalah FinAccel Pte Ltd, induk usaha
Bahkan menariknya lagi, akuisisi Fama. perusahaan pay later Kredivo melalui
bank juga tidak hanya dilakukan bank Pada awal 2021, induk usaha PT Finaccel Teknologi Indonesia yang
lain yang bermodal kakap tetapi juga layanan e-commerce Shoppe, Sea Group membeli 40 persen saham PT Bank
dilakukan oleh perusahaan teknologi mengakuisisi PT Bank Kesejahteraan Bisnis Internasional. Tbk.
besar (big tech). Sejauh ini sudah Ekonomi yang kini telah berganti nama Langkah big tech itu seolah
ada enam perusahaan teknologi yang menjadi Bank Seabank Indonesia. meneruskan gelombang akuisisi yang
mengakuisisi saham bank mini untuk Berikutnya, unicorn pertama Indonesia dilakukan bank-bank besar sebelumnya.
ditransformasikan menjadi bank digital. Gojek yang kini sudah merger dengan Sebut saja PT Bank Central Asia (BCA)
Pertama adalah Ajaib Group melalui Tokopedia, menggenggam saham PT yang mencaplok 99,9 persen PT Bank
PT Takjub Financial Teknologi yang Bank Jago Tbk. Royal senilai Rp988,04 miliar yang
www.stabilitas.id Edisi 189 / 2022 / Th.XVIII 59

