Page 68 - Stabilitas Edisi 205 Tahun 2024
P. 68
yang menurun dari penutupan pabrik
tersebut. Menurut dia, industri padat
karya di Indonesia makin sulit. “Kalau
lihat investasi yang masuk ini juga mulai
beralih dari padat karya kepada padat
modal, karena akan semakin sulit bagi
sektor padat karya saat ini,” ucapnya di
Kantor Apindo, Jakarta, awal Mei.
Meski Bata sudah lama berada
di Indonesia, namun Shinta menilai
harus dilihat juga tingkat daya saing
perusahaan tersebut. “Memang dilihat
saat ini, mungkin dengan kondisi yang
ada, dengan kompetisi, dan lain-lain
dianggap tidak feasible untuk mereka bisa
terus lanjutkan,” ucap Shinta.
Kondisi tutupnya bisnis sepatu Bata
ini, kata Shinta, tak terlepas dari faktor
geopolitik yang memengaruhi bisnis
di Indonesia sejak tahun lalu. Bahkan
konflik itu memanas pada pertengahan
April 2024 lalu. Peristiwa itu berdampak
pada pelemahan rupiah dan indeks harga
saham gabungan atau IHSG Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang menurun.
Meski pemerintah sudah melakukan
Bata harus Sebagai salah satu pemasar alas kaki berbagai antisipasi, Shinta mengimbau
bertransformasi dan ritel terkemuka di Indonesia, Bata para pengusaha untuk selalu bersiap.
melayani konsumen memiliki toko di seluruh Tanah Air Sebab, dampak geopolitik bakal
yang mulai berubah. dengan memegang lisensi merek lainnya berdampak pada penyerapan pasar
Harus ada produk- di luar Bata, seperti Comfit, Power, luar. Sedangkan, untuk pasar domestik,
produk baru yang Bubblegummers, North Star, B-First, dan faktor daya beli menurutnya perlu jadi
menarik yang Weinbrenner. perhatian.
Shinta menegaskan kondisi
dirancang dan Faktor Global tutupnya bisnis sepatu Bata tidak
dikembangkan untuk Direktur Eksekutif Asosiasi bisa digeneralisasi dengan industri
memenuhi selera Persepatuan Indonesia (Aprisindo) lain lantaran banyak yang masih
milenial dan Gen Z Firman Bakrie menilai, penutupan terkendali. “Namun, harus tetap menjaga
pabrik sepatu Bata adalah imbas dari ekspansinya” tutur Shinta.
penurunan pesanan pada momen
Ramadahan dan Lebaran lalu dengan Penuaan Merek
biaya yang tidak seimbang dengan Sementara itu, Pengamat Bisnis
pemasukan perusahaan. Penurunan & Pemasaran Managing Partner
pesanan terjadi lantaran naiknya inflasi Inventure, Yuswohady, mengatakan
sehingga banyak kebutuhan pokok bahwa menurunnya penjualan sepatu
masyarakat, seperti pangan, yang naik Bata merupakan dampak dari penuaan
drastis. Sehingga masyarakat masih lebih merek. “Proses penuaan itu sebenarnya
mengutamakan memenuhi kebutuhan sudah terjadi sejak lama, sejak 90-an itu
pokoknya. sudah terjadi. Dan dia menarik, jarang
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha ada merek yang bisa seperti Bata, karena
Indonesia atau Apindo, Shinta Kamdani brand global melokal itu tidak banyak,”
juga melihat adanya permintaan ekspor ungkap Yuswohady.
68 Edisi 205 / 2024 / Th.XVIII www.stabilitas.id