Page 61 - Stabilitas Edisi 210 Tahun 2025
P. 61

emerintahan baru yang mulai
                  berjalan pada Oktober lalu
                  memunculkan harapan besar
          Ppada segenap pelaku ekonomi.
          Pun begitu, juga menimbulkan rasa
          khawatir. Salah satunya adalah rencana
          pemberlakuan Pajak Pertambahan Nilai
          sebesar 12 persen mulai Januari tahun
          depan.
            Meski memercikkan polemik yang       TETAPI BANDINGKAN
          cukup luas, tampaknya kebijakan                        DENGAN
          yang sudah termaktub dalam Undang-
          Undang tentang Harmonisasi Peraturan            MEREKA YANG
          Perpajakan (UU HPP) itu tetap akan          PENDAPATANNYA
          dilaksanakan. Padahal di saat kondisi              RP100 JUTA,
          tidak sedang baik-baik saja, kenaikan
          pajak memiliki efek yang makin                 PENGELUARAN
          menghimpit ekonomi.                      MEREKA KAN TIDAK
            Direktur Riset Bright Institute,
          Muhammad Andri Perdana mengatakan,        AKAN SEBESAR ITU
          Pajak Pertambahan Nilai (PPN)             JUGA, ADA SELISIH
          memang terlihat proporsional lantaran
          semua orang dikenakan besaran pajak   YANG BISA DITABUNG.              Muhammad Andri Perdana,
          yang sama. Namun sesungguhnya               ITU KENAPA PPN             Direktur Riset Bright Institute
          tidak demikian. Pasalnya, orang kelas
          pekerja yang pendapatannya pas-pasan          YANG TERLIHAT
          bakal lebih berat kondisinya karena    PROPORSIONAL, TAPI
          pengeluaran dan pendapatannya tak
          lagi berimbang. Untuk bertahan hidup,   SEBENARNYA SANGAT
          pilihan mereka bisa jadi menambah              REGRESIF BAGI
          utang.
            “Tetapi bandingkan dengan mereka      MASYARAKAT KELAS
          yang pendapatannya Rp100 juta,                         PEKERJA.
          pengeluaran mereka kan tidak akan
          sebesar itu juga, ada selisih yang bisa
          ditabung. Itu kenapa PPN yang terlihat
          proporsional, tapi sebenarnya sangat   stagnan, bahkan menurut sejumlah   Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU
          regresif bagi masyarakat kelas pekerja,”   pengamat ekonomi justru bisa turun   HPP). Berdasarkan aturan tersebut pula,
          jelas Andri.                      di angka 2 persen seperti saat pandemi   tarif PPN sebesar 12 persen akan berlaku
            Sementara terhadap industri padat   2020-2021. Sementara Presiden Prabowo   paling lambat 1 Januari 2025.
          karya, dampak yang terjadi ketika daya   Subianto menargetkan pertumbuhan   Langkah ini diambil untuk
          beli rendah adalah penjualan akan   ekonomi di masanya bisa mencapai 8   memperkuat penerimaan negara
          menurun, dan produksi berkurang.   persen.                           dan menjaga kesehatan Anggaran
          Selanjutnya maka yang bakal terjadi   PPN adalah salah satu komponen   Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
          adalah penutupan pabrik yang ujungnya   utama dalam struktur penerimaan   Dalam Rapat Kerja dengan Komisi
          akan terjadi pemutusan hubungan   pajak Indonesia. Sebagai instrumen   XI DPR RI, Menteri Keuangan Sri
          kerja (PHK). “PHK sangat-sangat bisa   fiskal, pajak ini dikenakan pada   Mulyani menyebut kenaikan ini juga
          terjadi, terutama bagi penjualan yang   hampir seluruh barang dan jasa yang   bertujuan meningkatkan daya saing
          menargetkan masyarakat kelas pekerja   dikonsumsi masyarakat. Pada tahun   Indonesia secara global, mengingat
          yang pendapatan pas-pasan,” ujar Andri.  2022, tarif PPN dinaikkan dari 10 persen   tarif PPN Indonesia masih lebih rendah
            Kalau demikian yang terjadi maka   menjadi 11 persen berdasarkan Undang-  dibandingkan rata-rata negara anggota
          pertumbuhan ekonomi diramalkan akan   Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang   Organisasi untuk Kerja Sama dan


                                                                              www.stabilitas.id   Edisi 210 / 2025 / Th.XIX 61
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66