Page 26 - Stabilitas Edisi 215 Tahun 2025
P. 26
Permata Josua Pardede menyampaikan, sektor seperti manufaktur domestik,
dinamika perang dagang, ketegangan properti, dan konstruksi yang kurang
geopolitik, serta ketidakpastian terdiversifikasi ke pasar ekspor akan
penurunan suku bunga The Federal menghadapi tekanan arus kas yang besar
Reserve (The Fed), telah meningkatkan jika volatilitas kurs dan suku bunga
kekhawaitran pada ekonomi global. berlanjut,” tutur Josua.
Kondisi tersebut akan berdampak Oleh sebab itu, perusahaan perlu
terhadap risiko utang luar negeri meningkatkan transaksi lindung nilai
Indonesia, baik pemerintah maupun untuk pembayaran pokok dan bunga
swasta. Risiko ini tidak hanya mencakup valas. Dalam hal ini, Bank Indonesia (BI)
aspek pembiayaan kembali, tetapi juga dapat memperluas instrumen atau untuk
eksposur nilai tukar dan biaya pinjaman pelaku usaha serta penguatan utang valas
yang lebih tinggi. ke pembiayaan dalam negeri melalui
Dari sisi pemerintah, struktur pasar obligasi lokal.
utang relatif terkelola dengan baik Kemudian, kredibilitas fiskal juga
dengan mayoritas dalam tenor jangka perlu dijaga, termasuk mengarahkan
menengah-panjang dan sebagian besar penerbitan SBN ke pasar domestik
berdenominasi rupiah. Namun, risiko serta diversifikasi mitra bilateral.
volatilitas nilai tukar dan kenaikan imbal Adapun penguatan peran investor
hasil global tetap menjadi perhatian. domestik melalui perluasan basis
Menurut Josua, utang luar negeri investor juga penting untuk mengurangi
Josua Pardede, Ekonomi Bank pemerintah masih didominasi oleh Surat ketergantungan pada investor asing.
Permata Berharga Negara (SBN), yang cenderung Secara keseluruhan, Josua menilai
dimiliki oleh investor asing, sehingga posisi utang luar negeri Indonesia
Ketika sentimen rentan terjadi tren pembalikan arus masih dalam level aman dengan rasio
keluar seketika apabila terjadi perubahan
terhadap produk domestik bruto (PDB)
meningkat akibat sentimen pasar global. di bawah ambang batas Dana Moneter
”Ketika sentimen meningkat akibat
eskalasi perang eskalasi perang dagang atau geopolitik, Internasional (IMF). Namun, tetap
dibutuhkan kewaspadaan tinggi dan
dagang atau investor asing dapat menarik dana dari respons kebijakan menghadapi eskalasi
geopolitik, investor pasar SBN Indonesia, memicu pelemahan risiko global.
Di sisi lain, neraca transaksi
asing dapat menarik rupiah dan tekanan terhadap APBN berjalan sebagai bantalan ketahanan
(Anggaran Pendapatan dan Belanja
dana dari pasar Negara) melalui beban pembayaran eksternal nasional menunjukkan kinerja
SBN Indonesia, utang yang meningkat,” kata Josua. yang cukup menjanjikan pada awal
Kendati demikian, dia melanjutkan,
2025. BI mengklaim defisit transaksi
memicu pelemahan risiko lebih tinggi justru mengancam berjalan tetap rendah di tengah
rupiah dan tekanan sektor swasta, terutama perusahaan perlambatan ekonomi global.
Transaksi berjalan mencatatkan
nonlembaga keuangan yang masih
terhadap APBN mengandalkan pasar domestik dan defisit sebesar 0,2 miliar dollar AS
melalui beban memiliki pendapatan dalam rupiah. atau 0,1 persen dari PDB. Defisit
Hal ini terutama akan dirasakan
transaksi berjalan tersebut lebih rendah
pembayaran utang oleh perusahaan yang memiliki utang dibandingkan dengan triwulan terakhir
yang meningkat. dalam bentuk dollar AS. Mereka tahun lalu, yang mencatatkan defisit 1,1
miliar dollar AS atau 0,3 persen dari PDB.
akan menghadapi risiko pembayaran
yang meningkat, apalagi ketika biaya Ekonom Bright Institute, Awalil
pendanaan valuta asing (valas) naik dan Rizky, berpendapat, defisit transaksi
rupiah melemah. berjalan tersebut memang terbilang
”Sebagian (sektor swasta) masih kecil dibandingkan periode yang sama
berasal dari pinjaman luar negeri dan pada tahun lalu. Namun, defisit ini jauh
penerbitan obligasi valas tanpa lindung lebih buruk jika dibandingkan 2022 dan
nilai memadai. Terlebih lagi, sektor- 2023 serta memperkuat tren defisit pada
26 Edisi 215 / 2025 / Th.XX www.stabilitas.id

