Page 76 - Stabilitas Edisi 206 Tahun 2024
P. 76

BUMN     INSIGHT




                                                              Hal itu yang menyebabkan   bisa mencegah. Ini kan
                                                              perusahaan-perusahaan     mereka seperti bekerja di
                                                              tersebut diperbolehkan    hilir. Kejadian dulu baru
                                                              menginvestasikan dana     bertindak,” kata dia. “OJK
                                                              nasabahnya ke sejumlah    harusnya mengintai sebelum
                                                              instrumen keuangan mulai   dana itu diinvestasikan.
                                                              dari surat utang negara,   Misalnya Taspen mau beli
                                                              deposito, reksadana, atau   saham A, didatangi OJK, dan
                                                              saham.                    dicecar kajiannya. Jadi uang
                                                                 Hanya saja yang jadi   masyarakat aman.
                                                              masalah, menurut Timboel,    Sementara itu Pengamat
                                                              tidak ada aturan yang ketat   asuransi, Irvan Rahardjo,
                                                              soal produk investasi seperti   menambahkan bahwa
                                                              apa yang diperbolehkan.   selama ini OJK hanya
                                                              Peraturan OJK nomor 12 tahun   fokus pada sektor industri
                                                              2016 hanya mengatur investasi   keuangan non-bank. Padahal
                                           Timboel Siregar,   obligasi negara minimal 30%   pengawasan investasi saham
                        Pengamat Asuransi dan Jaminan Sosial  dan 70% lagi bisa dikelola   yang dilakukan perusahaan
                                                              dalam bentuk lain.        pelat merah sudah menjadi
                                                                 “Kalau (membeli) saham   tanggung jawab mereka.
                                                              misalnya, harus yang kategori   Permasalahan lainnya
          menyebut nilai kerugian         Kalau (membeli)     LQ45 atau memiliki likuiditas   yang membelit tata kelola
          negara mencapai Rp13,7                              tinggi, itu tidak ada. Jadi   di perusahaan pelat merah
          triliun.                       saham misalnya,      mau beli saham apa saja   adalah penempatan jajaran
            Pada tahun 2020,          harus yang kategori     boleh. Beda dengan BPJS   Direksi dan Komisaris yang
          Kejaksaan Agung kembali                             Ketenagakerjaan yang dilarang   sarat politis, sehingga mudah
          mengungkap persoalan yang    LQ45 atau memiliki     membeli saham gorengan,”   ‘memainkan’ anggaran.
          hampir sama terjadi pada                            jelas Timboel.            Seperti sudah menjadi
          Asabri. Perusahaan BUMN          likuiditas tinggi,    Praktik seperti itu, kata   rahasia umum, kata Timboel,
          tersebut mengalami kerugian    itu tidak ada. Jadi   Timboel, terbukti dalam kasus   pejabat yang menduduki
          hingga Rp10 triliun karena                          Jiwasraya yang menempatkan   kursi Direksi mapun Komisaris
          pengelolaan investasi berupa    mau beli saham      aset finansialnya sebesar   tidak melalui proses seleksi
          saham yang mengalami             apa saja boleh.    22,4% ke saham yang       sesuai kompetensinya tetapi
          penurunan nilai.                                    mayoritas berkinerja buruk.   penunjukan langsung oleh
            Dan kini, Taspen diduga    Beda dengan BPJS       Asabri juga demikian.     Menteri BUMN. Dan biasanya
          melakukan investasi fiktif                          Setidaknya ada 13 investasi   mereka yang dipilih itu terkait
          senilai ratusan miliar. Timboel   Ketenagakerjaan   saham yang dibeli namun   dengan dukungan mereka
          mengatakan setidaknya ada          yang dilarang    memberikan return negatif.  semasa kontestasi pemilu atau
          tiga hal yang menyebabkan                              Persoalan selanjutnya   biasa disebut sebagai politik
          mengapa perusahaan pelat        membeli saham       adalah, lemahnya pengawasan   ‘balas budi’.
          merah tak becus mengelola                           oleh lembaga independen
          dana masyarakat: aturan                gorengan.    seperti Otoritas Jasa Keuangan   Pembenahan Institusi
          investasi yang tidak tegas,                         (OJK). Timboel melihat OJK   Sementara itu, pihak
          pengawasan lemah, dan                               tidak melakukan apa-apa   Taspen melalui Mardiyani
          pemilihan jajaran pejabat yang                      terhadap laporan keuangan   mengatakan pihaknya akan
          sarat politis.                                      yang diserahkan Taspen    bersikap koperatif dan
            Perusahaan yang                                   dan baru bertindak ketika   mendukung kinerja lembaga
          berbentuk Perseroran Terbatas                       sudah kejadian. Baginya,   anti-rasuah tersebut. Dia juga
          seperti Jiwasraya, Asabri, dan                      tindakan seperti itu bukanlah   mengeklaim Taspen telah
          Taspen umumnya berorientasi                         bentuk pengawasan. “Kalau   melakukan pengelolaan
          pada profit atau mengejar                           pengawasan harusnya       perusahaan secara baik dan
          keuntungan sebesar-besarnya.                        proaktif mencari sehingga   kebijakan yang dilakukan juga


         76   Edisi 206 / 2024 / Th.XVIII    www.stabilitas.id
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81