Page 17 - Stabilitas Edisi 217 Tahun 2025
P. 17
yang diberikan selaras dengan strategi diparkir di SBN atau instrumen BI, harus
pemerintah untuk menjaga daya beli ada kepastian tenor, dan kredit harus
dan menurunkan pengangguran yang diarahkan ke sektor produktif. “Tanpa Arah industri
menjadi sasaran utama kebijakan 2026. disiplin ini, dana Rp200 triliun berisiko perbankan ke
”Jika realisasinya tinggi dan tepat hanya menjadi penyangga jangka pendek depan akan banyak
ditentukan oleh
sasaran, kontribusi ke pertumbuhan tanpa dampak ke sektor riil,” kata kemampuan bank
hingga akhir 2025 kemungkinan berada Priyanto. menyeimbangkan
di kisaran 0,05–0,15 persen poin,” kata Selain itu yang patut diingat, ekspansi kredit
Josua. tingginya suku bunga juga disebabkan dengan strategi
Sementara itu, Priyanto B. Nugroho, oleh pemilik dana besar yang menuntut penghimpunan dana
pengamat ekonomi yang juga mantan bunga tinggi saat menempatkan yang lebih efisien.
central bankers, menilai kebijakan- dananya. Selanjutnya, mantan Direktur
kebijakan yang dikeluarkan otoritas fiskal LPS ini juga menegaskan bahwa kunci
terkait suntikan likuiditas sudah cukup keberhasilan dari kebijakan stimulus
sebagai bentuk confidence boosting. “Ini terletak pada transmisi kebijakan.
bukan sekadar soal fiskal semata, tetapi “Kredit perbankan masih jadi tulang
juga sinyal kuat bahwa pemerintah punggung pembiayaan ekonomi.
mendukung sektor perbankan agar lebih Maka likuiditas harus dijaga, tapi juga
berani menyalurkan kredit,” ujar dia diarahkan. Kalau tidak, kita hanya sibuk
dalam podcast LPPI Voice. mengelola neraca tanpa mendorong
Namun demikian, untuk memastikan sektor riil,” katanya.
keektifan kebijakan tersebut, Priyanto Namun keberhasilan langkah
menekankan empat rambu penting. Di pemerintah dan regulator sektor moneter
antaranya adalah pemerintah tidak boleh sangat bergantung dengan respons dan
meminta bunga tinggi, dana tidak boleh eksekusi pelaku bisnis di lapangan.*
www.stabilitas.id Edisi 217 / 2025 / Th.XXI 17