Page 56 - Stabilitas Edisi 200 Tahun 2023
P. 56

Berdasarkan hasil Survei Nasional
                                                                               Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK)
                                                                               tahun 2022, indeks literasi keuangan
                                                                               masyarakat Indonesia sebesar
                                                                               49,56  persen. Jumlah ini meningkat
                                                                               dibandingkan tahun 2019 yaitu sebesar
                                                                               38,0 persen. Sementara itu, indeks
                                                                               inklusi keuangan tahun 2022 mencapai
                                                                               85,10 persen, angkanya meningkat
                                                                               dibanding tahun 2019 yaitu sebesar
                                                                               76,19 persen. Hasil ini menunjukkan
                                                                               bahwa gap antara tingkat literasi dan
                                                                               tingkat inklusi semakin menurun, dari
                                                                               38,16  persen pada tahun 2019 menjadi
                                                                               35,42 persen di tahun 2022.
                                                                                  Selain itu, indeks literasi keuangan
                                                                               masyarakat Indonesia yang tinggal di
                                                                               wilayah perkotaan jumlahnya lebih
                                                                               besar yaitu di angka 50,52 persen
                                                                               dibandingkan yang tinggal di wilayah
                                                                               pedesaan yaitu sebesar 48,43 persen.
          Perusahaan startup bukan lagi                                           Adek menjelaskan, berdasarkan hasil
          sekadar ajang adu gengsi yang hanya                                  survei AMS AFTECH 2022/2023, sebesar
                                                                               80,7 persen dari total nilai transaksi
          mementingkan besarnya pendanaan tetapi                               industri fintech berasal dari Pulau
          mengesampingkan profit karena terlalu                                Jawa. Hal ini menjadi indikasi adanya
                                                                               kesenjangan dalam literasi digital dan
          sering “bakar uang”     .                                            pembangunan infrastruktur. “Potensi
                                                                               yang ada di luar Pulau Jawa ini perlu
                                                                               dibidik oleh perusahaan fintech jika mau
          Adek Media Roza,                                                     mengembangkan model bisnisnya,” ujar
          Executive Director Katadata Insight Center                           dia.
                                                                                  Terkait hal tersebut, Aries dari
                                                                               AFTECH mengatakan, literasi keuangan
                                                                               memang menjadi pekerjaan rumah
                                                                               bagi industri fintech. Menurutnya, perlu
          yang membengkak. Sebagai contoh,   Oleh sebab itu, perusahaan startup   dibangun digital trust di masyarakat agar
          perusahaan fintech P2P lending yang   bukan lagi sekadar ajang adu gengsi   mereka tidak cemas ketika mengakses
          memecat karyawan yaitu Modalku pada   yang hanya mementingkan besarnya   fintech. “Mengembangkan digital trust
          Agustus lalu. Sebanyak 38 karyawan dari   pendanaan tetapi mengesampingkan   dan literasi keuangan masyarakat ini
          total 214 karyawan terkena PHK.   profit karena terlalu sering “bakar uang”.    butuh waktu lama. Jika ada satu kasus
            Selain itu, perusahaan fintech P2P   “Jika perusahaan startup telah mampu   saja, biasanya kepercayaan masyarakat
          lending Akselaran juga memecat 60   menghasilkan profit, maka mereka bisa   cepat hilang. Contohnya, ada salah satu
          karyawan pada Juli lalu. Perusahaan   menjamin kesejahteraan karyawannya,”   bank yang kena kasus ransomware, itu
          yang berdiri sejak 2017 ini melakukan   ujarnya.                     industri fintech bisa kena juga imbasnya.
          pemecatan karyawan sebagai bentuk                                    Masyarakat kan jadi mempertanyakan,
          restrukturisasi internal agar finansial   Tantangan Literasi         bank yang besar saja bisa kena
          perusahaan bisa lebih sehat.         Tingkat literasi keuangan masyarakat   ransomware apalagi fintech,” kata dia.
            Adek mengatakan, perusahaan     Indonesia yang masih belum merata     Aries menjelaskan, AFTECH
          fintech khususnya tergolongstartup   di sejumlah daerah juga menjadi   selalu mengingatkan agar anggotanya
          perlu fokus untuk menjalankan model   tantangan bagi industri fintech untuk   memahami prinsip governance, risk
          bisnis yang menghasilkan keuntungan.   mengembangkan model bisnisnya.   management, dan compliance sebagai


         56   Edisi 200 / 2023 / Th.XVIII    www.stabilitas.id
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61