Page 42 - Stabilitas Edisi 183 Tahun 2022
P. 42
KOLOM
Predatory Lending
dan Literasi Keuangan
etika praktik digital di sektor keuangan golongan itu sangat rentan dengan praktik
marak, masyarakat memang dimudahkan predatory lending. Ketika sudah masuk dalam
dalam setiap transaksi untuk memenuhi ekosistem P2P ilegal, konsumen secara terus
Kkebutuhannya. Tetapi di sisi lain, efek menerus akan diteror oleh penawaran dalam
negatif dari kemudahan itu juga tidak kalah marak. bentuk pesan singkat, menguncinya untuk terus
Salah satunya adalah masifnya kehadiran menggunakan jasa predatory lending. Bahkan
perusahaan financial technology (fintech) dalam buruknya, konsumen dijerat dengan suku bunga
layanan pinjaman (lending), yang pada gilirannya yang tidak masuk akal sehingga dipersulit dalam
menghadirkan ancaman tersendiri dengan melakukan pelunasan.
bermunculannya entitas ilegal. Fintech ilegal Tidak sedikit korban dari predatory lending
adalah entitas yang tidak memiliki legalitas, yang yang mendapatkan ancaman. Kondisi ini
artinya tidak terdaftar dan tidak memiliki izin resmi mengindikasikan lemahnya perlindungan data
dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). konsumen dan literasi keuangan masyarakat. Hal
Pada November 2021, Satgas Waspada itu dimanfaatkan oleh pelaku usaha fintech P2P
Investasi (SWI) OJK mencatat 116 entitas fintech lending ilegal dengan memberikan penawaran
peer to peer (P2P) lending adalah ilegal. Fintech dana cepat yang dapat langsung dicairkan dalam
42 Edisi No.183 / Tahun 2022 www.stabilitas.id

