Page 189 - Berangkat Dari Agraria
P. 189
166 Berangkat dari Agraria:
Dinamika Gerakan, Pengetahuan dan Kebijakan Agraria Nasional
murid dan sejawatnya yang pernah bersentuhan. Pak Tjondro
lahir di Grobogan, Jawa Tengah tanggal 4 April 1928. Beliau belajar
bidang politik dan ilmu sosial dari Universitas Amsterdam (1961),
mendapatkan master dari Universitas Kentucky USA (1966) dan
doktor sosiologi Universitas Indonesia (1977).
Penulis mengenal Pak Tjondro tahun 1990-an akhir dalam
pergaulan di organisasi non-pemerintah dan lembaga penelitian
sosial. Kesan utama yang penulis ingat dari Pak Tjondro ialah
kepribadiannya yang rendah hati dan jauh dari sifat besar kepala.
Tutur katanya yang lemah lembut tapi tegas senantiasa beliau
tunjukkan dalam berbagai kesempatan. Jika menghadiri undangan,
Pak Tjondro selalu hadir 15 menit sebelum acara dimulai. Disiplin
waktu dicontohkan beliau.
Sosok super santun
Pak Tjondro adalah pendengar yang baik dan pencatat handal.
Penulis sering menyaksikan beliau mencatat pembicaraan lawan
bicaranya lalu memberikan komentar berdasarkan catatan itu.
Dalam berkomentar, beliau paling bisa mencari sisi kritis dengan
cara elegan dan sangat sopan. Yang mendengar beliau bicara dijamin
senang. Sekalipun beliau menyampaikan kritik tapi menggunakan
bahasa komunikasi yang amat halus. Pak Tjondro nampak selalu
menjaga perasaan lawan bicara atau audiens. Beliau sosok super
santun tiada tara.
Pak Tjondro merupakan pembela UU Pokok Agraria 1960.
Beliau pernah menyatakan ”Kalau mau merata betul, kembali
pada UUPA. Petani diberi luasan tanah cukup, minimal 2 ha dan
maksimal 5 ha untuk Jawa. Tidak cukup hanya dengan Panca Usaha
Tani. Kalau mayoritas penduduk sudah kecukupan pangan dan
kita bikin industri, yang tidak kerasan di pertanian silakan pindah”
(Kompas, 21/9/2008). Kemandirian rakyat jadi kunci pemikiran dari
Pak Tjondro.
Saya merasa tersanjung saat beliau mengundang saya untuk
menyumbang tulisan untuk edisi revisi dari buku mahsyur yang