Page 60 - Hak Atas Tanah bagi Orang Asing
P. 60

Hak Atas Tanah Bagi Orang Asing  37


              tidak bisa bertindak  sendiri,  maka  dimandatkan kepada negara
              sebagai  organisasi  tertinggi  untuk melaksanakan kedaulatannya.
              Demikian, lahirlah kedaulatan negara  atas bumi,  air  dan  ruang
              angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah
              negara Republik Indonesia. Supaya  tidak  terjadi  penafsiran  yang
              berbeda-beda mengenai  hak menguasi  negara,  sudah  selayaknya
              jika Mahkamah Konstitusi memberikan batasan mengenai HMN,
              seperti dikemukakan di atas.

                  Hubungan  hukum  antara  tanah  dengan  manusia  akan
              melahirkan  hak  milik,  baik  hak  milik  individual maupun  hak
              milik  kolektif.  Menurut  Notonagoro  terdapat  dua  kelompok  teori
              yang mendasari  hubungan  antara manusia  dan  tanah.  Pertama,
              teori-teori  yang  bertolak  dari manusia  sebagai  individu  seperti
              teori  hukum  kodrat, teori-teori  metafisis, dan teori-teori  biologis.

              Kedua, teori-teori yang bertolak dari manusia sebagai makluk sosial,
              seperti teori hukum historis, positif, dan sosiologis.  Faktor manusia
                                                            31
              akan melahirkan hak-hak individual,  hak-hak kolektif,  ataupun
              kedua-duanya kolektif individual. Sementara itu faktor tanah akan
              melahirkan macam-macam hak atas tanah, seperti HM, HGU, HGB,
              HP, HSB, ataupun hak-hak yang berkaitan dengan tanah, misalnya
              hak sewa tanah pertanian, hak gadai, hak bagi hasil, ataupun hak
              numpang.

                  Berdasarkan  teori hukum kodrat  yang memandang  manusia
              sebagai  individu  dalam  abstraktonya  dengan  mengingat  adanya
              individu-individu lain, seperti diuraikan di atas melahirkan konsep
              hak milik perseorangan dan melahirkan konsep hak selain hak milik.
              Konsep ini  lahir dengan mendasarkan diri  bahwa manusia secara




              31  Notonagoro, Politik Hukum dan Pembangunan Agraria..., Op. Cit., hlm.
                  17; B. Arief Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu
                  Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat Hukum, Bandung: Rafika Aditama,
                  2009, hlm. 97-98.
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65