Page 57 - Hak Atas Tanah bagi Orang Asing
P. 57

34    FX. Sumarja


            sekunder artinya semua hak yang diperoleh dari pemegang hak atas
            tanah lain berdasarkan perjanjian bersama.
                Menurut hukum  adat-  sebagai bahan  utama Hukum  Tanah
            Nasional-  hak  primernya  ada 2 (dua),  yaitu hak  yang memberi
            kewenangan untuk menguasai tanah tanpa ada batas waktu, yang
            dapat beralih karena perwarisan dan pemindahan hak yang dalam
            hukum disebut HM (di negara lain disebut freehold) dan hak-hak

            yang  sifatnya  sementara  yang  disebut HP (di negara lain  disebut
            leasehold), kemudian dikembangkan dalam UUPA menjadi empat
            hak  atas  tanah,  yaitu HM, HGU, HGB,  dan HP. Pemegang hak
            tersebut mempunyai persamaan bahwa pemegangnya berhak untuk
            menggunakan  sumber-sumber  agraria  yang  dikuasainya  untuk
            dirinya sendiri atau untuk mendapatkan keuntungan oleh orang lain
            melalui perjanjian, di satu pihak memberikan hak sekunder pada

            pihak lain  dengan  batas-batas  yang ditentukan oleh  peraturan
                     27
            perundang-undangan.

            3. Hak-Hak Atas Tanah Individual

                Sistem kedaulatan  rakyat menempatkan kekuasaan  tertinggi
            dalam  suatu negara berada  di  tangan  rakyat negara itu  sendiri.
            Kekuasaan  itu  pada  hakikatnya  berasal  dari  rakyat, dikelola oleh
            rakyat,  dan  untuk kepentingan  seluruh  rakyat itu  sendiri.  Jargon
            yang  kemudian dikembangkan  sehubungan dengan  ini adalah
            “kekuasaan itu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Menurut
            Jimly Asshiddiqie,  dalam  sistem  participatory  democracy,
                              28
            dikembangkan pula tambahan  ‘bersama rakyat’, sehingga  menjadi

            “kekuasaan pemerintahan itu berasal dari rakyat, untuk rakyat, oleh


            27  Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah...,Op. Cit., hlm. 325-
                327.
            28  Jimly Asshiddiqie,  Konstitusi  &  Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta:
                Sinar  Grafika,  2010,  hlm.  114;  Jimly  Asshiddiqie,  HTN  dan  Pilar-Pilar
                Demokrasi, Jakarta: Konstitusi Press, 2005, hlm. 242.
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62