Page 93 - Hak Atas Tanah bagi Orang Asing
P. 93

70    FX. Sumarja


            Pasal 5 ditegaskan bahwa asas pembentukan peraturan perundang-
            undangan yang baik meliputi: kejelasan tujuan, kelembagaan atau
            pejabat  pembentuk  yang  tepat,  kesesuaian  antara  jenis,  hierarki,
            dan  materi  muatan,  dapat dilaksanakan,  kedayagunaan dan
            kehasilgunaan, kejelasan rumusan, dan keterbukaan. Pada Pasal 6
            ditentukan  asas  yang berkaitan  dengan materi muatan  peraturan
            perundang-undangan     adalah:   pengayoman,    kemanusiaan,
            kebangsaan,  kekeluargaan,  kenusantaraan,  bhinneka  tunggal  ika,
            keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan,

            ketertiban  dan kepastian hukum;  dan/atau  keseimbangan,
            keserasian, dan keselarasan.

            6.  Teori stufenbau dari Hans Kelsen

                Asas hukum dan materi muatan akan menentukan bentuk dan
            susunan  peraturan  yang  pada  akhirnya  menentukan  keberlakuan
            yuridis suatu peraturan perundang-undangan. Salah satu persyaratan
            keberlakuan  yuridis  ini menurut Bagir  Manan  adalah keharusan
            tidak  bertentangan  dengan peraturan perundang-undangan  yang
            lebih tinggi tingkatannya.  Bruggink menyebut keberlakuan yang
                                    89
            demikian ini dinamakan keberlakuan normatif atau formal dengan

            menyatakan:




            89  Bagir Manan,  Dasar-Dasar  Perundang-undangan  Indonesia, Jakarta:
                IN-HILL-CO, 1992, hlm. 14-15. Secara  rinci menurut  Bagir Manan
                keberlakuan  yuridis  dari kaidah hukum harus memenuhi  empat
                persyaratan.  Pertama,  keharusan adanya  kewenangan dari  pembuat
                peraturan perundang-undangan. Kedua, keharusan adanya kesesuaian
                bentuk atau  jenis  peraturan  perundang-undangan dengan  materi
                yang diatur,  terutama  kalau diperintah oleh  peraturan  perundang-
                undang-undangan tingkat lebih tinggi atau sederajat. Ketiga, keharusan
                mengikuti tata cara tertentu. Apabila tata cara tersebut tidak diikuti,
                maka peraturan perundang-undangan  tersebut  batal  demi  hukum
                atau tidak/belum memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Keempat,
                keharusan  tidak  bertentangan  dengan peraturan perundang-undang-
                undangan yang lebih tinggi tingkatannya. Suatu undang-undang tidak
                boleh mengandung kaidah yang bertentangan dengan UUD.
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98