Page 94 - Hak Atas Tanah bagi Orang Asing
P. 94

Hak Atas Tanah Bagi Orang Asing  71


                  “…kaidah itu merupakan bagian  dari  suatu  sistem kaidah
                  hukum  tertentu  yang di  dalamnya  kaidah-kaidah  itu  saling
                  menunjuk yang satu terhadap yang lain. Sistem kaidah hukum
                  yang  demikian  itu  terdiri  atas  suatu  keseluruhan hierarki
                  kaidah hukum khusus  yang  bertumpu  pada kaidah-kaidah
                  hukum umum. Di dalamnya, kaidah hukum khusus yang lebih
                  rendah diderivasi dari kaidah hukum umum yang lebih tinggi.
                  Karena  pada keberlakuan ini  diabstraksikan  dari  isi kaidah
                  hukum, tetapi perhatian hanya diberikan pada tempat kaidah
                  hukum itu dalam sistem hukum, maka keberlakuan ini disebut
                  juga keberlakuan formal”. 90

                  Keberlakuan  yuridis atau  normatif erat  kaitannya dengan
              Stufenbautheorie  dari  Hans Kelsen,   bahwa norma hukum itu
              berjenjang-jenjang  dan berlapis-lapis  dalam  suatu hierarki (tata
              susunan),  dalam  arti,  suatu norma  yang lebih  rendah berlaku,

              bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi, norma yang
              lebih  tinggi berlaku,  bersumber,  dan berdasar  pada norma  yang
              lebih  tinggi  lagi,  demikian seterusnya sampai  pada suatu  norma
              yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotetis dan
              fiktif yaitu Norma Dasar (Grundnorm).  Berangkat dari teori norma
                                                 91

              90  Bruggink membagi keberlakuan kaidah hukum berdasarkan pembagian
                  yang sering dilakukan dalam teori hukum, yaitu keberlakuan faktual
                  atau  empiris (jika  para  warga masyarakat,  untuk  siapa kaidah itu
                  berlaku,  mematuhi kaidah hukum  tersebut), keberlakuan normatif
                  atau formal (jika kaidah hukum khusus yang lebih rendah diderivasi
                  dari kaidah hukum umum yang lebih tinggi), dan keberlakuan evaluatif
                  (jika kaidah hukum itu berdasarkan isinya dipandang bernilai) (J.J.H.
                  Bruggink, Refleksi tentang..., Op. Cit., hlm. 150); Dalam bahasa yang
                  lain Soerjono Soekanto membagi keberlakuan kaidah hukum tersebut
                  dalam keberlakuan filosofis, sosiologis, dan yuridis (Soerjono Soekanto,
                  Perihal  Kaidah Hukum,  Bandung: Citra  Aditya Bhakti, 1993,  hlm.
                  88-89. M. Solly Lubis bahkan menambahkan keberlakuan  tersebut
                  berdasarkan landasan politis, yakni garis kebijaksanaan politik yang
                  menjadi  dasar  selanjutnya bagi kebijaksanaan-kebijaksanaan  politik
                  serta dalam rangka pengarahan ketatalaksanaan pemerintahan negara
                  (B. Hestu Cipto Handoyo, Prinsip-Prinsip Legal Drafting dan Desain
                  Naskah Akademik, Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2008, hlm. 72).

              91  Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99