Page 18 - Kolase Agraria
P. 18
Etnografi dan ‘Pendidikan Merdeka’ 3
jalan-jalan berkeliling dan menulis apa yang dilihat dan didengar.
Seorang etnografer harus memberikan perhatian penuh pada
site dan kasus yang dipilihnya untuk kemudian mendalaminya.
Artinya observasi yang dilakukan tidak hanya satu kali tetapi perlu
dilakukan berulang kali dalam periode yang berbeda. Selain itu perlu
disadari sepenuhnya juga bahwa etnografi bukanlah semata sebuah
bentuk reportase berita. Seorang etnografer harus terlibat dengan
situasi yang diamatinya. Etnografi juga bukan sekedar pengalaman
memasuki sebuah situasi baru. Seorang etnografer harus melepaskan
diri dari berbagai prasangka dan asumsi yang muncul ketika mereka
memasuki situasi yang baru ini (Walford, 2009).
Berkaitan dengan etnografi, secara spesifik dikenal apa yang
disebut sebagai etnografi pendidikan. Etnografi pendidikan
melakukan pendalaman pada proses-proses keseharian di sekolah
atau lembaga pendidikan dan berbagai konteks pendidikan yang
lain. Dalam hal ini, sekolah atau lembaga pendidikan merupakan
sebuah situs budaya dimana di dalamnya terjadi proses pertarungan
modal simbolik yang menjadi bagian dari narasi budaya primer di
dalam dunia pendidikan. Dalam konteks inilah, site dari etnografi
pendidikan adalah ruang belajar itu sendiri. Ketika disebut sebagai
‘pendidikan merdeka’, maka ‘pendidikan merdeka’ inilah yang
kemudian menjadi situs pengamatannya.
Pendidikan Merdeka
‘Pendidikan Merdeka’ yang dimaksudkan dalam tulisan ini
adalah diksi untuk menyebut program yang dikenal dengan istilah
Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Pendidikan merdeka dituliskan
dalam tanda kutip karena ‘merdeka’ sebagai kata sifat, tentunya
masih perlu digali lebih lanjut esensinya. Dalam setiap tahunnya
ada jutaan mahasiswa yang ambil bagian atau mengikuti program
magang melalui Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka
(MBKM). MBKM merupakan kebijakan yang sudah dilakukan sejak