Page 20 - Kolase Agraria
P. 20
Etnografi dan ‘Pendidikan Merdeka’ 5
(following changes), namun juga mengantisipasi perubahan
(anticipating changes) (Kusumawardani et al., 2024). Melalui
program ini, mahasiswa memiliki kesempatan untuk memperkaya
dan meningkatkan wawasan serta kompetensinya di dunia nyata,
sesuai dengan proyeksi karier dan optimalisasi potensinya di masa
mendatang.
Manusia Merdeka dan Pendidikan yang Memerdekakan
Menilik lebih jauh desain program MBKM, penting untuk
secara serius menggali esensi dan filosofi dari program ini. Kata
‘merdeka’ dalam Merdeka Belajar Kampus Merdeka merupakan
kunci utama untuk menemukan relevansi program ini dengan
kebutuhan pendidikan kita. Kembali merujuk pada Kusumawardani
et al. (2024), MBKM salah satunya memiliki relevansi dengan ajaran
Ki Hajar Dewantara mengenai asas kemerdekaan. Merdeka diartikan
bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan Yang Maha Esa untuk
mengatur kehidupannya. Bebas dalam hal ini tetap berada pada
koridor aturan yang hidup di masyarakat.
Konsep ‘merdeka’ dikembalikan pada era dimana Indonesia
pernah mengalami cengkeraman kolonial selama sekian lama.
Pengajaran di bawah pemerintah kolonial menjadikan bangsa
Hindia Belanda selalu bergantung kepada bangsa Eropa. Pendidikan
kolonial yang ada pada saat itu tidak membuat masyarakat menjadi
cerdas, melainkan mendidik manusia yang tergantung pada nasib dan
bersikap pasif, menunggu perintah atasan tanpa memiliki inisiatif
untuk memajukan bangsanya yang nyata-nyata berada di bawah
garis kemiskinan. Untuk tidak mengulang kembali pengalaman
yang sama inilah, penting untuk kemudian memastikan bahwa
pendidikan menjadi fondasi untuk bisa mandiri dan bebas dari
semua jenis ikatan. Keinginan untuk merdeka harus dimulai dengan
mempersiapkan kaum bumiputera yang bebas, mandiri, cerdas, dan
siap bekerja keras.